Jakarta, CNN Indonesia -- Kandidat Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, menyerukan kepada masyarakat dunia untuk memboikot seluruh produk Apple.
Seruan Trump itu diluncurkan pada Jumat (19/2) untuk mendesak Apple bersedia membongkar ponsel iPhone 5c milik salah satu pelaku penembakan di San Bernardino, California, Syed Ridwan Farook.
FBI sebelumnya mengaku kesulitan untuk membuka ponsel dengan menebak kata kunci. Pasalnya, ketika upaya menebak kata kunci selama 10 kali berturut-turut gagal, maka fungsi hapus-otomatis di ponsel itu akan aktif. Sehingga, data yang ada di ponsel itu tidak akan terhapus dengan sendirinya.
Padahal, isi ponsel itu dianggap penting dalam penyelidikan kasus bagi penyelidikan kasus penembakan yang menewaskan 14 korban dan 2 pelaku itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Boikot Apple untuk beberapa waktu sampai mereka memberikan informasi terkait kunci iPhone tersebut," ujar Trump kepada para pendukungnya, satu hari sebelum pemungutan suara primer di South Carolina, dikutip
CNN.
"Apple memang seharusnya memberikan keamanan untuk ponsel itu. Namun, saya berpikir bahwa Anda [masyarakat] harus memboikot Apple sampai mereka mau memberikan nomor keamanan ponsel tersebut. Bagaimana menurut kalian? Saya baru memikirkannya: Boikot Apple," kata Trump.
Menurut penuturannya, ponsel tersebut bukan milik Farook, melainkan pemerintahan. Maka dari itu, Trump menegaskan, sudah seharusnya Apple mau membantu negara dan meniadakan fungsi hapus-otomatis.
"Namun [CEO Apple] Tim Cook menerapkan hal yang canggih, mungkin untuk menunjukkan betapa liberalnya dia. Namun Apple harusnya bersedia [membukanya]," kata Trump.
Trump pakai produk AppleNamun, hal yang paling menarik dari seruan Trump tersebut adalah saat dia memberikan pidato, akun Twitter Trump berkicau soal jajak pendapat Fox News. Kicauan itu terlihat dikirimkan dari ponsel iPhone. Terkait hal ini, Trump segera memberikan klarifikasinya.
"Saya memakan dua ponsel, iPhone & Samsung. Jika Apple tidak mau membantu negara memberikan informasi terkait terorisme, saya hanya akan menggunakan Samsung," katanya.
Hakim Amerika Serikat Shery Pym yang bertugas di Pengadilan Negeri Los Angeles memutuskan pada Selasa (16/2) bahwa Apple harus memberikan "bantuan teknis yang wajar" untuk para penyidik yang tengah berusaha membuka data ponsel Farook.
Bahasa umumnya, FBI menginginkan Apple membuka "pintu belakang" atau "backdoor" sistem keamanannya.
Mendengar hal ini, CEO Apple Tim Cook angkat suara. Ia menegaskan bahwa Apple tak bisa menulis ulang kode di peranti lunak sistem enkripsi mereka agar dapat melindungi privasi seluruh konsumen Apple.
"Teknisi Apple yang mengembangkan sistem enkripsi kuat di dalam iPhone demi melindungi konsumen secara ironis telah diminta untuk melemahkannya," ungkap Cook, dikutip dari
New York Times.
Sikap Apple ini didukung oleh CEO Google, Sundar Pichai. Melalui akun Twitternya @sundarpichai mempublikasikan rangkaian kicauan. "Pesan penting oleh @tim_cook. Memaksa perusahaan agar melonggarkan peluang peretasan bisa membahayakan privasi pengguna," tulisnya.
Ia menyambung, "kami membuat produk yang aman untuk menjaga informasi dan kami memberi penegak hukum berupa akses data berdasarkan perintah hukum yang valid. Hal ini tentunya berbeda dengan mengharuskan perusahaan agar membobol perangkat dan data pengguna karena bisa jadi masalah besar."
(ama)