Jakarta, CNN Indonesia -- Hakim Amerika Serikat memerintahkan Apple Inc. untuk membantu FBI membuka telepon seluler milik salah satu penembak di San Bernardino. Perintah ini menambah daftar panjang sengketa lama antara perusahaan teknologi dengan penegakan hukum soal batas enkripsi.
Hakim Sheri Pym yang bertugas di Pengadilan Negeri Los Angeles memutuskan pada Selasa (16/2) bahwa Apple harus memberikan "bantuan teknis yang wajar" untuk para penyidik yang tengah berusaha membuka data di iPhone 5C milik Syed Rizwan Farook. Isi ponsel itu dianggap penting dalam penyelidikan kasus penembakan yang menewaskan 16 orang tersebut.
Apple diminta membantu menonaktifkan fungsi hapus-otomatis yang berlaku setelah upaya mencoba menebak kata kunci ponsel selama 10 kali berturut-turut gagal. Apple juga diminta membantu para penyidik untuk mengajukan tebakan kata kunci secara elektronik.
Apple belum memberikan komentar soal keputusan ini. Perusahaan ini memiliki waktu lima hari kerja untuk menentang keputusan ini jika dirasa "memberatkan dan tidak masuk akal," kata Pym.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaksa federal di Los Angeles meminta perintah pengadilan untuk memaksa Apple membantu penyelidikan insiden penembakan yang dilakukan oleh Farook dan istrinya pada 2 Desember lalu yang melukai 22 orang lainnya. Kedua pelaku tewas dalam baku tembak dengan polisi.
FBI tengah menyelidiki kemungkinan adanya komunikasi antara pasangan ini dengan ISIS maupun kelompok militan lainnya. FBI memperlakukan kasus ini sebagai insiden terorisme dalam negeri.
"Apple memiliki sarana teknis eksklusif yang akan membantu pemerintah dalam melakukan penyelidikan, tetapi menolak memberikan bantuan yang secara sukarela," kata pihak kejaksaan.
Para pejabat pemerintah AS telah memperingatkan bahwa perluasan penggunaan enkripsi yang kuat menghambat keamanan nasional dan investigasi kriminal.
Pakar teknologi dan pendukung privasi menolak tuduhan tersebut dan menilai memaksa perusahaan AS untuk melemahkan enkripsi mereka akan membuat data pribadi mereka rentan terhadap peretas. Langkah ini juga dinilai merusak keamanan Internet dan memberikan keuntungan kepada perusahaan di negara lain.
Dalam kasus serupa tahun lalu, Apple mengatakan kepada hakim federal di New York bahwa "tidak mungkin" mereka membuka perangkat yang menggunakan sistem operasi iOS 8 atau yang lebih tinggi.
Sementara, iPhone 5C milik Farook menggunakan sistem operasi iOS 9, menurut kejaksaan.
Namun, pihak kejaksaan menilai Apple masih dapat memberikan bisa membantu peneliti dengan menonaktifkan "hambatan yang tidak terenkripsi yang diciptakan Apple dalam sistem operasinya."
Apple dan Google mengadopsi sistem enkripsi standar yang kuat sejak akhir 2014, di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap keamanan privasi digital, yang dipicu dari pembocoran data Badan Keamanan Nasional AS (NSA) oleh Edward Snowden.
Pakar forensik Jonathan Zdziarski pada Selasa menyatakan karena penembakan San Bernardino diinvestigasi sebagai kasus terorisme maka para penyidik dapat bekerja sama dengan NSA dan CIA untuk membuka iPhone milik Farook. Zdziarski memperkirakan kedua lembaga intelijen AS itu dapat memecahkan enkripsi iPhone tanpa keterlibatan Apple.
(ama/stu)