Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengumumkan bahwa pemerintah Washington dan Seoul menunda pembicaraan soal pengerahan sistem rudal pertahanan canggih yang ditentang oleh Beijing. Penundaan ini sehubungan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri China ke Amerika Serikat untuk berdiskusi soal sekutunya, Korea Utara.
AS dan Korsel dijadwalkan pada Selasa (23/2) menandatangani kesepakatan pembentukan kelompok kerja bersama untuk menempatkan satu unit sistem pertahan rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) di Korsel, demi mengantisipasi ancaman rudal Korea Utara.
"Kesepakatan tersebut tengah berada dalam tahap akhir, tetapi ditunda satu atau dua hari karena negosiasi di menit terakhir," kata juru bicara kementerian Moon Sang-Gyun.
Sistem THAAD mampu meluncurkan rudal anti-balistik ke langit untuk menghancurkan rudal musuh baik dari dalam atau luar atmosfer bumi di tingkat akhir penerbangan. Namun, rudal intersepsi itu tidak membawa hulu ledak dan hanya mengandalkan energi kinetik untuk menghancurkan target mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari dua pekan lalu, Korsel dan AS mengumumkan niat mereka untuk memulai pembicaraan soal pengerahan sistem THAAD menyusul uji coba rudal balistik Pyongyang pada awal Februari lalu. Namun, negosiasi untuk meluncurkan kelompok kerja bersama tak juga mencapai kesepakatan.
Penundaan diskusi ini diumumkan menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi ke Washington pada Selasa untuk memenuhi undangan Menlu AS, John Kerry demi membahas kemungkinan pengerahan sistem pertahanan yang kontroversial itu. Keduanya juga akan membicarakan soal Korea Utara.
China menentang pengerahan sistem THAAD yang diusulkan tersebut. Juru bicara kementerian luar negeri China, Hua Chunying memperingatkan pada Senin (22/2) bahwa sistem itu tidak boleh digunakan sebagai upaya untuk "melemahkan kepentingan (keamanan) China."
Kementerian Pertahanan Korea Selatan menegaskan pada Selasa bahwa sistem pertahanan rudal AS hanya menargetkan Korea Utara dan bahwa pengerahan sistem rudal itu merupakan urusan antar kedua sekutu.
Kemenhan Korsel menyatakan mereka berharap pembicaraan resmi soal sistem THAAD akan kembali dimulai pekan depan setelah kedua belah pihak mendirikan kelompok kerja bersama akhir pekan ini.
Hubungan antara Korut dan Korsel kian panas setelah Pyongyang meluncurkan roket pada awal Februari lalu. Korut mengklaim bahwa mereka meluncurkan satelit pengawas bumi, namun sejumlah negara sekutu Barat menilai Korut meluncurkan roket yang dapat membawa hulu ledak nuklir, yang dapat mengganggu stabilitas keamanan.
Sejumlah laporan juga menunjukkan bahwa satelit yang diklaim Korut itu rontok di orbit dan tidak mengirimkan sinyal apapun ke bumi.
(ama/stu)