Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump tersandung isu kontroversi soal ras setelah menyatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN bahwa dia tidak cukup tahu untuk membantah adanya dukungan mantan petinggi kelompok rasial, Ku Klux Klan (KKK), David Duke, kepadanya.
Dalam wawancara yang diselenggarakan pada Minggu (28/2) oleh
CNN dalam acara "State of the Union" itu Trump menghadapi pertanyaan dari wartawan
CNN, Jake Tapper, soal apakah dia akan membantah bahwa Duke dan sejumlah kelompok supremasi kulit putih lain mendukung kampanyenya.
"Asal kau tahu saja, saya tidak tahu soal David Duke, OK?" kata Trump.
Trump menghadapi tekanan sebanyak tiga kali soal apakah dia tidak memiliki kaitan apapun dengan Ku Klux Klan. Namun dalam setiap jawabannya, Trump tidak pernah menyebut nama kelompok itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak tahu apapun yang Anda tanyakan soal supremasi kulit putih atau [pendukung] supremasi kulit putih," katanya.
"Jadi saya tidak tahu. Saya tidak tahu apakah dia mendukung saya, atau apa yang terjadi sebenarnya? Karena saya tidak tahu soal David Duke. Saya tidak tahu soal supremasi kulit putih," tutur Trump.
Dalam wawancara itu, Tapper menanyai Trump, apakah dia tahu tentang dukungan KKK terhadap pencalonannya sebagai presiden dari Partai Republik, Trump tidak mengakuinya.
"Saya harus melihat kelompok itu terlebih dahulu. Maksud saya, kelompok yang Anda bicarakan. Bagaimana saya mengecam kelompok yang tidak saya ketahui. Berikan saya daftar kelompok, dan biarkan saya mencari tahu soal mereka," kata Trump.
Tapper kemudian melanjutkan, "OK, saya hanya bicara soal David Duke dan Ku Klux Kan."
Namun Trump menjawab, "Sejujurnya, saya tidak tahu soal David Duke. Saya yakin tidak pernah bertemu dengannya. Dan saya tidak tahu apa-apa soalnya," kata Trump.
Isu ini mencuat setelah Duke menyatakan dukungannya kepada Trump dalam akun Facebook miliknya pada Kamis (25/2).
"Saya pikir dia layak untuk dicermati bagi mereka yang percaya bahwa era kebenaran politik perlu berakhir," tulis Duke.
Dalam tulisanya, Duke juga menyinggung komentar Trump soal imigrasi, upaya untuk memutus lobi-lobi politik di Amerika Serikat yang didominasi Yahudi, soal komite politik Super PAC yang merusak dan mengendalikan Amerika, mencegah perang dengan Rusia dan mengekspos kebohongan media.
Namun yang menjadi sorotan adalah tulisan Duke yang menyebutkan Trump memastikan bahwa masyarakat kulit putih Amerika diizinkan untuk melestarikan dan mempromosikan warisan serta kepentingan mereka, sebagaimana kelompok masyarakat lainnya.
Terkait tulisan Duke itu, Liga Anti-penghinaan (Anti-Defamation League) meminta Trump untuk menolak dukungan dari Duke.
Meskipun menyatakan sama sekali tidak mengetahui soal Duke, Trump nampaknya mengetahui sosok petinggi KKK itu. Dalam pernyataanya tahun 2000 untuk menjelaskan alasan dia mengakhiri upayanya mencalonkan diri sebagai presiden dari Partai Reformasi, ia pernah menyebut Duke.
"Partai Reformasi sekarang berisi anggota [Ku Klux] Klan, Duke, seorang neo-Nazi, [Pat] Buchanan, dan komunis, [Lenora] Fulani. Ini bukan partai yang saya inginkan," kata Trump dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh
The New York Times.
(ama/stu)