Jakarta, CNN Indonesia -- George Pell, Kardinal asal Australia sekaligus pejabat tinggi Vatikan yang bersaksi tentang pelecehan seksual terhadap anak-anak yang dilakukan secara sistemik oleh pastor Gereja Katolik Roma mengakui bahwa dia tidak pernah memberitahu atasannya tentang rumor pelecehan anak pada dekade 1970-an.
Pell yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan vatikan menyatakan kepada Komisi Kerajaan Australia bagian Response Kelembagaan soal Pelecehan Seksual Anak pada Selasa (2/3) bahwa ia telah mendengar laporan pelecehan seksual yang dilakukan oleh setidaknya satu pastor yang dipindahkan ke paroki lain. Saat itu, Pell mengasumsikan masalah ini telah ditangani oleh pastor.
"Saya akan mengakui saya harus berbuat lebih banyak," kata Pell dalam penyelidikan yang dilakukan di Sydney. Pell memberikan kesaksiannya dari Roma melalui sambungan video selama tiga hari, dimulai sejak Minggu (28/2).
Kesaksian Pell mengenai soal kasus pelecehan seksual ini memicu pertanyaan yang lebih luas atas akuntabilitas pemimpin gereja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam salah satu sesi pemberian kesaksian, Pell ditanyai soal pelecehan seksual anak-anak yang dilakukan salah satu pastor yang didakwa atas 138 pelanggaran terhadap 53 anak-anak di Australia.
"Itu kisah yang menyedihkan dan itu tidak menarik perhatian saya," kata Pell. Kalimat ini sontak dijadikan tajuk utama dalam berbagai media Australia.
Kesaksian Pell yang menyangkut hampir 5.000 korban ini menjadi memang sorotan di Australia. Halaman depan Herald Sun dipenuhi dengan foto Pell saat sedang meninggalkan ruang pemberian kesaksia dengan tajuk, "See no evil, hear no evil, stop no evil."
Para korban frustrasi atas respons yang mengecewakan dari Gereja Katolik dan menumpukan harapan kepada Pell. Sebanyak 15 korban yang sengaja pergi ke Roma untuk menyaksikan langsung keterangan Pell.
Pell sendiri tidak mendapat tuduhan pelecehan seksual dan telah dua kali meminta maaf atas respons lamban gereja.
Para pendukung korban menggantungkan pita berwana pada Selasa (1/3) di depan Australian Domo, sebuah gereja dan tempat tinggal yang digunakan oleh para peziarah Katolik Australia mengunjungi Roma.
Aksi ini merupakan bagian dari kampanye yang dimulai oleh gerakan Australian Loud Fence. Aksi dimaksudkan agar anak-anak berani menyuarakan penderitaan mereka.
Sebelumnya, Pell mengatakan bahwa Gereja Katolik membuat "kesalahan besar" dan "membiarkan masyarakat kecewa" dalam menangani pelecehan seksual terhadap anak-anak yang sistemik dilakukan oleh pemuka agama Katolik.
Pell juga menyatakan bahwa kesaksian anak-anak sering kali tidak dipercayai sementara para pemuka agama yang melakukan tindak kekerasan bebas berpindah memimpin jemaat dari satu gereja ke gereja lainnya.
Pell beberapa kali menyatakan bahwa dia menyadari adanya rumor dan keluhan pedofilia di kalangan pastor ketika dia masih menjadi pastor muda pada dekade 1970-an. Namun saat itu, para pejabat Gereja Katolik cenderung ragu bahwa pastor melakukan pelecehan. Hal ini, diakui Pell, merupakan suatu kesalahan.
Namun ketika ditanya soal beberapa kasus yang melibatkan sejumlah pendeta tertentu, Pell berulang kali menyatakan dia tidak bisa mengingat sejumlah insiden tersebut, dan sempat menyebut "lupa," yang memicu kemarahan di antara para saksi baik di Roma maupun di Sydney.
Pelecehan seksual di lingkungan gereja mencuat pada tahun 2002, ketika para uskup di wilayah Boston ditemukan berpindah gereja dari satu tempat ke tempat lain untuk menutupi skandal pelecehan terhadap anak yang mereka lakukan. Kisah ini diungkap dalam film Spotlight yang baru saja memenangkan Film Terbaik dalam ajang penghargaan Academy Awards 2016.
Ironisnya, sidang di Roma di mulai hanya beberapa jam sebelum penyelenggaraan Oscar.
(ama)