Korban Pelecehan Seksual Gereja Katolik Minta Bertemu Paus

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 02 Mar 2016 12:15 WIB
Korban pelecehan seksual oleh pastor Gereja Katolik meminta bertemu Paus Fransiskus setelah mendengar kesaksian Kardinal mengenai penipuan dalam kasus itu.
Pell yang kini menjabat sebagai Kepala Keuangan di Vatikan memberikan kesaksian kepada Komisi Kerajaan Australia bagian Respons Kelembagaan soal Pelecehan Seksual Anak melalui sambungan video selama tiga hari sejak Minggu (28/2). (Reuters/via Australian Royal Commission into Institutional Response to Child Sexual Abuse)
Jakarta, CNN Indonesia -- Para warga Australia yang menjadi korban pelecehan seksual oleh pastor Gereja Katolik meminta bertemu dengan Paus Fransiskus setelah mendengar kesaksian dari Kardinal George Pell mengenai penipuan dalam kasus tersebut.

"Ini mengenai anak-anak. Anak-anak yang dilecehkan dan dirusak pada masa lalu. Kami meminta bertemu untuk mendiskusikan komitmen terhadap anak-anak masa lalu dan masa depan, untuk menerapkan sistem sehingga kejadian serupa tak terulang lagi," tulis para korban dalam surat kepada Paus Fransiskus, seperti dikutip Reuters pada Selasa (1/3). 

Salah satu korban, Philip Nagle, mengatakan bahwa mereka mulai frustrasi dengan pernyataan Pell dan tak mau lagi bertemu sang Kardinal setelah pemberian kesaksian ini.
"Kami ingin didengar dan kami ingin seseorang untuk menunjukkan bahwa ia peduli terhadap kami dan dapat mengubah semuanya untuk anak-anak di masa depan," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para korban ini melontarkan protesnya saat jeda pemberian kesaksian Pell yang dilakukan di Roma, Italia.

Pell yang kini menjabat sebagai Kepala Keuangan di Vatikan memberikan kesaksian kepada Komisi Kerajaan Australia bagian Respons Kelembagaan soal Pelecehan Seksual Anak melalui sambungan video selama tiga hari sejak Minggu (28/2).

Kesaksian Pell mengenai kasus pelecehan seksual ini memicu pertanyaan yang lebih luas atas akuntabilitas pemimpin gereja. Pada hari pertama, Pell mengatakan bahwa Gereja Katolik melakukan kesalahan besar dengan mengabaikan pelecehan seksual pada anak.
Di hari kedua, Senin (29/2), Komisioner Peter McClellan bertanya berkali-kali mengenai ketidaktahuan Pell tentang insiden yang melibatkan Gerald Ridsdale, pastor yang didakwa atas 138 pelanggaran terhadap 53 korban.

Pell mengatakan bahwa seorang pastor senior berbohong kepadanya untuk menutupi kasus ini. Namun sebelumnya, Pell mengakui ia mengetahui kasus pelecehan yang dilakukan Gerald. "Itu kisah yang menyedihkan dan itu tidak menarik perhatian saya," kata Pell.

McClellan berulang kali mengatakan bahwa Pell seharusnya dapat bertindak lebih ketika masih menjadi pastor senior pada era 1990-an.

Kesaksian Pell yang menyangkut hampir 5.000 korban ini menjadi sorotan di Australia.

Halaman depan Herald Sun dipenuhi dengan foto Pell saat sedang meninggalkan ruang pemberian kesaksia dengan tajuk, "See no evil, hear no evil, stop no evil."
Sementara itu, Sydney Morning Herald mengeluarkan tajuk rencana berjudul, "Pell under fire."

Tahun lalu, Pell membantah tuduhan Komisi bahwa ia mencoba menyuap korban agar tetap tenang, mengabaikan keluhan lain, dan terlibat dalam upaya pemindahan seorang pendeta yang dituduh paedofil.

Kasus pelecehan oleh para pendeta terhadap anak-anak binaannya yang sudah terjadi puluhan tahun terungkap berkat laporan Boston Globe tahun 2002.

Saat itu, Keuskupan Boston dilaporkan memindahkan para pendeta pelaku pelecehan ke berbagai tempat untuk melindungi mereka dan menutupi kasus itu. Sejak saat itu, ratusan korban dan skandal terungkap di AS dan berbagai negara, penyelidikan global juga dimulai.

Konferensi Uskup Katolik AS memperkirakan Keuskupan Amerika telah merogoh kocek hampir US$4 miliar sejak tahun 1950 untuk menyelesaikan kasus pelecehan dengan para korban.

Laporan Boston Globe yang memenangkan Penghargaan Pulitzer itu menginspirasi film peraih Academy Award, "Spotlight." (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER