Jakarta, CNN Indonesia -- Dearborn, Michigan, rumah bagi populasi Muslim terbesar di Amerika Serikat, terkejut ketika hasil pemilu primer kandidat calon presiden dari Partai Republik dan Partai Demokrat pada Selasa lalu diumumkan.
Di negara bagian yang dipadati oleh komunitas Arab-Amerika ini, Donald Trump, kandidat capres dari Partai Republik yang selama ini kerap melontarkan kampanye anti-Muslim, dinyatakan menang.
Sementara itu, kandidat capres dari Partai Demokrat yang datang dari keluarga Yahudi, Bernie Sanders, mendapatkan 59 persen suara, mengalahkan rivalnya, Hillary Clinton, yang hanya berhasil meraup 39 persen suara.
Seperti dilansir
NBC News, selama ini Sanders memang fokus berkampanye di Dearborn dengan menggelar acara dua kali pada bulan lalu. Dalam kampanyenya, ia menyalahkan Clinton atas perannya dalam pergantian rezim di Libya dan rekam jejaknya ketika mengurus perdagangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, Sanders juga merilis iklan dalam bahasa Arab yang mengecam para rivalnya dari Partai Republik dan menyatakan bahwa ia merupakan sosok yang merangkul.
Sehari sebelum Super Tuesday lalu, Sanders bahkan mengatakan kepada para pendukungnya bahwa ia sudah bertemu dengan pemimpin Arab-Amerika dan mengatakan bahwa Trump tak akan berhasil dengan upaya kambing hitamnya yang merugikan kelompok minoritas.
"Kami akan mengakhiri kefanatikan di negara ini untuk semuanya," ujar Sanders dalam kampanyenya.
Kendati demikian, masyarakat lebih terkejut ketika Trump dinyatakan menang dengan perolehan suara 39 persen, terpaut 10 poin dari pesaingnya, John Kasich, yang hanya mendapatkan 29 persen suara.
Menurut beberapa pengamat, kemenangan Trump ini dapat terjadi karena meningkatnya sentimen Islamofobia dan komunitas Arab-Amerika di Dearborn sudah jengah disalahkan atas serangan teroris dan kekerasan lainnya.
Para pemuka agama Islam sudah melaporkan sejumlah potensi kejahatan berdasar kebencian terhadap komunitas Arab-Amerika di Dearborn.
Mereka pun mendukung rencana Trump untuk melarang sementara Muslim yang bukan warga AS masuk ke negara tersebut.
Jajak pendapat terakhir yang digagas
NBC News juga menunjukkan bahwa 63 persen pendukung Partai Republik menyetujui rencana tersebut. Sebanyak 46 persen dari mereka memang merupakan pendukung Trump, sementara 32 persen lainnya tetap menolak.
(stu/stu)