Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang militan ISIS asal Amerika Serikat yang mencoba melarikan diri dari markas kelompoknya berhasil ditangkap oleh pejuang Kurdi, Peshmerga di Irak.
Kedua pejuang Kurdi yang menangkapnya menyatakan sang militan berniat untuk melarikan diri dari markas ISIS dan pasukan Kurdi, namun kemudian menyerahkan diri setelah dihujani tembakan oleh pejuang Peshmerga di dekat desa Golat.
Kapten Daham Khalaf menyatakan mereka pertama kali menyadari keberadaan militan itu ketika dia bersembunyi di rerumputan panjang sebelum fajar dan diduga menunggu matahari terbit. "Dia berteriak, 'Saya orang asing'," kata Khalaf, sembari menggambarkan bahwa militan itu berjenggot dan berpakaian hitam.
Menurut Jenderal Hashim Sitei, militan itu tidak memiliki paspor namun membawa lisensi mengemudi di Amerika dan berbicara bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Lisensi itu kemudian disita oleh pejuang Kurdi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reuters mendapatkan salinan lisensi mengemudi yang tertulis dimiliki oleh Khweis Mohammed Jamal.
Reuters tidak dapat mengkonfirmasi identitas pria itu secara independen.
"Kami memberinya makanan dan memperlakukannya dengan hormat dan menyerahkannya kepada intelijen militer," kata Sitei.
Militan yang tidak bersenjata itu membawa tiga ponsel dan menyatakan bahwa ayahnya adalah seorang warga Palestina dan ibunya berasal dari daerah Mosul, Irak.
Departemen Luar Negeri AS mengaku menyadari laporan soal penangkapan ini, namun belum memberikan pernyataan.
Alamat yang tertera pada lisensi mengemudi menunjukkan sang militan tinggal di sebuah perumahan di Washington, DC, di pinggiran kota Alexandria, Virginia.
Sejumlah media AS kemudian menelusuri informasi ini dan mendatangi alamat yang tertera di lisensi mengemudi sang militan itu. Para awak media AS bertemu dengan dua pria yang mendatangi alamat itu dengan mobil, salah satu di antaranya bernama Jamal Khweis yang berteriak marah meminta para awak media untuk meninggalkan tempat tersebut.
Pria itu menegaskan bahwa dia memiliki anak dengan usia yang sama seperti militan ISIS asal AS yang ditangkap oleh Peshmerga. Dia menyatakan dia tidak tahu keberadaan putranya saat ini, tapi menyakini bahwa dia "tidak akan pernah pergi" ke Irak.
"Dia putra saya. Dia orang yang baik," katanya.
Menurut laporan dari gugus tugas khusus kongres pada September 2015, lebih dari 250 warga AS bergabung atau mencoba bertempur bersama dengan sejumlah kelompok ekstremis di Suriah dan Irak sejak 2011.
Sementara itu, setidaknya 80 pria dan wanita AS didakwa oleh jaksa federal karena terkait dengan ISIS. Sebanyak 27 di antaranya telah dijatuhi vonis.
(ama)