Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump mengancam akan terjadi kerusuhan jika tidak terpilih sebagai calon presiden Amerika Serikat dalam konvensi nasional Partai Republik pada Juli mendatang. Ancaman ini dilancarkan menyusul penolakan para petinggi Republik atas pencalonan Trump sebagai presiden AS.
Dalam wawancara dengan
CNN, Rabu (16/3), Trump mengatakan Republik tidak bisa menangguhkan pencalonannya. Juli nanti, delegasi yang dimenangkan para kandidat calon presiden dari Partai Republik akan mengambil suara siapa yang akan maju dalam pemilu AS November mendatang.
"Saya kira akan terjadi kerusuhan. Akan terjadi kerusuhan. Saya mewakili jutaan orang," kata Trump.
Trump memang merupakan calon kuat dalam kandidat capres 2016. Namun berbagai komentarnya yang kontroversial membuat para petinggi Partai Republik meradang. Jika lolos dalam konvensi, Trump dikhawatirkan kalah telak melawan calon dari Partai Demokrat, yang diprediksi adalah Hillary Clinton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di antara komentar Trump yang membuat marah para petinggi Republik adalah soal rencana mendeportasi 11 juta imigran ilegal, melarang Muslim masuk AS dan membangun pagar sepanjang perbatasan Meksiko.
Menurut pendukung Trump, komentar soal kerusuhan bukan seloroh semata, melainkan hal yang nyata jika memang taipan
real estate itu tidak maju menjadi capres.
Pendukung Trump, Scottie Neil Hughes, mengatakan kerusuhan bisa terjadi jika "partai Republik telah korup dan mengabaikan suara rakyat serta menyangkal proses." Namun kepada
CNN dia mengatakan kerusuhan bukan berarti sesuatu yang buruk dan berakhir dengan kekerasan.
"Kerusuhan bukan sesuatu yang negatif seperti di masa lalu, tapi merupakan kenyataan bahwa ada banyak orang yang tidak senang," kata Hughes.
Hal yang sama juga disampaikan juru bicara Komisi Nasional Republik, Sean Spicer, yang mengatakan kerusuhan yang disampaikan Trump hanya "bahasa kiasan."
Namun kekerasan memang telah menjadi catatan dalam berbagai kampanye Trump. Di antaranya adalah penyerangan terhadap wartawan dan pemukulan warga kulit hitam. Trump yang menyuarakan rasisme dinilai telah memecah belah negara dan memicu kekerasan terhadap kelompok minoritas.
Ted Cruz, pesaing utama Trump dalam pencalonan presiden dari Republik juga memperingatkan adanya kisruh jika Trump disingkirkan. "Saya kira itu akan jadi bencana besar. Saya kira rakyat akan melawan. Cara mengalahkan Donald Trump adalah melalui kotak suara," kata Cruz.
Trump menang besar dalam pemilihan di negara bagian Florida, Illinios dan North Carolina pada Selasa (15/3) lalu, membuatnya semakin mendekati 1.237 jumlah delegasi yang diperlukan untuk maju sebagai capres.
Namun apapun bisa terjadi dalam konvensi nanti. Delegasi Trump belum pasti memilih dirinya dalam konvensi yang akan dipenuhi lobi ketat oleh para petinggi partai.
Kerusuhan berlatar politik pernah terjadi sebelumnya di AS. David Farber, professor sejarah Amerika modern di Temple University, Philadelphia, mengatakan peristiwa ini terjadi pada Konvensi Demokrat tahun 1968.
"Kita berada di situasi seperti tahun 1960-an di AS, di masa terjadinya perpecahan kubu yang hebat. Ada banyak persamaannya, dan para pendukung Trump merasakan keputusasaan yang semakin dikobarkan oleh Trump," kata Farber kepada
Reuters.
(ama)