Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Israel di dekat perbatasan Gaza tengah waswas. Setiap malam mereka mendengar suara dari bawah tanah, diduga adalah pasukan Hamas yang tengah mengerjakan terowongan.
"Ada ketakutan dan keresahan. Ini adalah perang psikologis, Hamas mencoba menakuti kami, dan mereka berhasil," kata Arnon Nirim, warga Kibbutz Nirim. sekitar 2km dari perbatasan Gaza.
Setelah perang Gaza-Israel berakhir tahun 2014 lalu, penggalian terowongan oleh Hamas memang kembali dilanjutkan. Dalam berbagai insiden, terowongan ini menjadi dalih Israel untuk melancarkan serangan ke Gaza.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh membenarkan mereka tengah gencar membangun terowongan. Tahun ini, bahkan Haniyeh mengatakan tentara Hamas "menggali terowongan dua kali lipat lebih banyak dibanding Vietnam."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Praktik Hamas ini juga mulai terbuka. Pejabat pertahanan senior Israel seperti dikutip dari
The Guardian, Rabu (30/3), mengaku bisa melihat aktivitas penggalian Hamas dari pos pemantau mereka.
"Kami bisa melihat Hamas menggali dari pos pemantau kami. Mereka tidak mencoba menyembunyikannya dari kami," kata dia.
Dia mengatakan, semua laporan suara mencurigakan dari bawah tanah dari warga akan diselidiki dengan seksama. "Sampai hari ini, kami tidak tahu apakah ada terowongan yang melintasi perbatasan ke Israel," lanjut dia.
Kerumitan pembangunan terowongan Hamas mengejutkan para pemimpin militer dan politik Israel pada perang 50 hari di musim panas tahun 2014 lalu. Israel saat itu menghancurkan 32 terowongan Hamas yang mencapai wilayah mereka.
PBB memperkirakan Israel menghancurkan hampir 100 ribu rumah di Gaza dalam perang tersebut. Hampir 3,5 juta ton bahan bangunan telah masuk ke Gaza melalui perlintasan Kerem Shalom yang dikendalikan Israel.
Israel menuduh Hamas menggunakan bahan bangunan sumbangan internasional itu untuk membangun terowongan, ditambah dengan material yang diperoleh dari pasar gelap. Tuduhan ini tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya.
Namun pembangunan terowongan memang telah menjadi obsesi dan merupakan salah satu strategi perang Hamas yang cukup ampuh. Di tahun 2006, Hamas menculik seorang tentara Israel, Gilad Shalit, setelah masuk ke Israel melalui terowongan. Shalit dibebaskan enam tahun kemudian, ditukar dengan 1.027 tahanan Palestina.
Desember tahun lalu, sayap militer Hamas, Brigade Qassam, membentuk unit khusus untuk menggali dan melengkapi fasilitas terowongan serta melatih tentara untuk menggunakannya.
Tahun ini, setidaknya ada lima terowongan yang ambruk, menewaskan 12 anggota Brigade Qassam dan melukai puluhan lainnya. Dalam salah satu insiden, tujuh orang meninggal dunia di timur Gaza City.
Empat jenis terowonganSaat ini terowongan buatan Hamas terbagi menjadi empat jenis tergantung fungsinya, yaitu untuk menyelinap ke perbatasan, untuk menyerang tentara Israel, menyimpan roket untuk serangan ke udara, dan untuk menyelundupkan senjata serta bahan kebutuhan pokok dari Mesir ke Gaza.
Brigade Qassam menolak permintaan wawancara dari The Guardian. Namun bulan lalu, pemimpin kelompok militer ini, Abu Hamza, kepada media Hamas, al-Khaleej, mengatakan: "Dalam konfrontasi di masa depan, Israel akan terkejut dengan kekuatan dan ketangguhan terowongan ini, yang tahan terhadap roket dan bom Israel yang ditembakkan dari jet tempur atau tank."
Terowongan itu, lanjut Abu Hamza, bisa digunakan untuk "melancarkan serangan roket dan mortir dalam jumlah besar ke kota-kota Israel yang dekat dengan Gaza, melindungi tentara dari radar Israel, membantu mereka lolos dari serangan Israel dan bersembunyi dengan cepat saat menculik tentara Israel."
Israel mendapatkan bantuan hingga uS$40 juta tahun ini dari Amerika Serikat untuk mengatasi terowongan Hamas. Dengan dana itu, Israel akan mengembangkan kemampuan deteksi, pemetaan dan penghancuran terowongan bawah tanah.
Shaike Shaked, warga permukiman Netiv Haasara dekat Gaza melaporkan adanya peningkatan aktivitas militer kedua kubu. Dia mengaku jengah dengan peperangan kedua kubu.
"Kami perlu beristirahat dari perang. Tapi melihat situasi saat ini, hanya tinggal menunggu waktu. Jika ada penyusupan, dan mereka [Hamas] membunuh warga sipil Israel, apa yang terjadi di perang terakhir sangat kecil jika dibanding apa yang akan terjadi pada perang berikutnya," kata Shaked.
Sebelumnya, perang antara Gaza-Israel berlangsung dari Juli hingga Agustus 2014. Kedua kubu mengklaim kemenangan.
Lebih dari 2.000 warga Gaza tewas dalam serangan Israel saat itu. Sementara Hamas menewaskan 66 tentara Israel dan enam warga sipil.
"Secara pribadi, saya tidak ingin melihat reaksi dari Israel. Gambaran [dari dalam Gaza] dalam perang terakhir sangat mengerikan dan saya tidak ingin melihat ada konfrontasi lagi," lanjut Shaked.
(stu)