Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 8.000 tentara Amerika Serikat dan Filipina mengadakan latihan militer tahunan di tengah ketegangan di kawasan Laut China selatan.
Selama dua minggu kedepan terhitung hari ini, Senin (4/4), pasukan kedua negara akan menguji coba komunikasi, logistik dan prosedur mobilitas untuk menangani keamanan kemanusian dan maritim, kata pejabat pertahanan Filipina.
"Latihan Balikatan dirancang tidak untuk mengatasi masalah khusus tapi untuk mengumpulkan semua bagian dalam spektrum perang," kata Wakil Laksamana Alexander Lopez, direkrut militer Filipina, saat konferensi pers.
Ash Carter akan menjadi Menteri Pertahanan pertama AS yang mengamati latihan ketika ia tiba pekan depan. Kehadirannya menekankan pentingnya latihan perang bagi kedua negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama setahun terakhir, China terus meluaskan pengaruhnya dalam mengklaim Laut China Selatan, termasuk reklamasi lahan dan pembangunan fasilitas udara serta pelabuhan di beberapa pulau dan terumbu karang.
Di beberapa daerah, AS melakukan patroli “kebebasan navigasi”, dengan berlayar dekat pulau yang jadi sumber sengketa, untuk menunjukkan kepada China bahwa mereka memiliki hak berlayar di perairan internasional.
Patroli itu menuai teguran dari China namun para pejabat AS terus menentang klaim maritim China yang mereka sebut tak berdasar.
China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan yang diyakini memiliki simpanan minyak dan gas yang besar. Klaim China tumpang tindih dengan klaim Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam. Setiap tahunnya, nilai perdagangan di Laut China Selatan mencapai US$5 triliun.
Filipina, sementara itu, telah membawa sengketa Laut China Selatan dengan China ke arbitrase internasional dan keputusan diharapkanakan keluar akhir April atau awal Mei. China menolak untuk ambil bagian dalam kasus tersebut.
Kontigen kecil pasukan Australia akan bergabung dengan latihan AS-Filipina, sementara Vietnam dan Jepang mengirimkan petugas untuk mengamati.
(stu)