Jakarta, CNN Indonesia -- Mesir memberikan dua pulau di Laut Merah kepada Arab Saudi usai kunjungan Raja Salman pekan lalu. Keputusan ini menuai kemarahan rakyat Mesir yang menuding pemerintah telah menjual pulau kepada Saudi.
Dikutip
Reuters, Senin (11/4), pemerintah Mesir dalam pernyataannya Sabtu lalu mengatakan mereka telah menandatangani perjanjian demarkasi dengan Saudi. Dalam perjanjian ini, pulau Tiran dan Sanafir di Laut Merah akan masuk dalam perairan Saudi.
Proses perpindahan pulau itu akan memakan waktu enam tahun dan butuh ratifikasi parlemen.
Pejabat Saudi dan Mesir mengatakan dua pulau itu dulu adalah milik Saudi dan berada di bawah kendali Mesir setelah Raja Abdulaziz al Saud pada 1950 meminta Mesir melindunginya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pulau ini milik Saudi dan Mesir memilikinya atas permintaan dari Kerajaan, dan pintu keraguan, yang tidak memiliki dasar kebenaran, harus ditutup," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Mesir Ahmed Abu Zeid.
Keputusan pemerintah Mesir menuai kemarahan masyarakat di media sosial. Tanda pagar "Awad menjual tanahnya", judul lagu soal warga Mesir yang menjual negaranya, menjadi tren di Twitter.
Warga Mesir menuding pemerintah Abdel Fattah el-Sisi telah tunduk di bawah pemerintah Saudi. Sejak runtuhnya rezim Husni Mubarak, Saudi telah menggelontorkan bantuan miliaran dolar kepada Mesir.
Saudi juga mendukung upaya Mesir memberangus Ikhwanul Muslimin, kelompok yang masuk daftar teroris di negara itu.
Hal ini membuat warga Mesir menuduh Sisi telah menjual dua pulau tersebut.
Seorang komedian Mesir, Basem Yousef, yang kini hidup di pengasingan karena mengkritik Sisi menyuarakan protesnya di Twitter.
Yousef membandingkan Sisi dengan pedagang di pasar yang rela menjual negara dan warisan budayanya. "Datanglah tuan, pulau ini harganya satu miliar, piramida dua miliar, dengan dua patung di atasnya gratis," tulis Yousef.
Pengacara veteran Mesir Khaled Ali bahkan mengajukan gugatan ke pengadilan atas keputusan Mesir soal dua pulau tersebut. Menurut Ali, berdasarkan perjanjian maritim tahun 1906 antara Mesir dan Kekaisaran Ottoman, dua pulau itu adalah milik Mesir. Perjanjian ini keluar sebelum berdirinya negara Arab Saudi pada 1932.
Sebuah kampanye protes juga digelar di Facebook. Kemarahan warga semakin menjadi setelah koran pemerintah Al-Ahram memberitakan bahwa Mesir memberitahu Israel soal penyerahan dua pulau tersebut kepada Saudi. Pemberitahuan ini disampaikan berdasarkan perjanjian dalam perundingan damai Mesir-Israel tahun 1979.
Warga merasa terlupakan karena pemerintah Mesir dianggap lebih peduli pada Israel ketimbang rakyatnya sendiri.
"Bahkan jika Arab Saudi memang memiliki pulau itu, menyerahkannya kepada Saudi dengan cara ini, tanpa memedulikan rakyat Mesir, menunjukkan sikap tidak menghormati perasaan, keberadaan dan martabat mereka. Kami semua terkejut," kata Wael El Ebrashy, pembawa acara di televisi.
(den)