Jakarta, CNN Indonesia -- Keluarga para korban kecelakaan pesawat Germanwings mengajukan gugatan terhadap sekolah penerbangan di Amerika Serikat tempat kopilot Andreas Lubitz berlatih.
Lubitz yang diketahui menderita depresi menabrakkan pesawat itu ke lereng pegunungan Alpen pada Maret tahun lalu, menewaskan 150 orang kru dan penumpang dalam penerbangan dari Barcelona menuju Dusselsdorf itu.
Gugatan diajukan oleh keluarga korban Germanwings di Pengadilan Distrik Phoenix kepada Pusat Pelatihan Penerbangan Arizona, ATCA, tempat Lubitz berlatih. Menurut gugatan tersebut, sekolah khusus pilot itu tidak memeriksa riwayat medis para siswanya.
Usai insiden itu, barulah diketahui Lubitz pernah ditangguhkan pelatihan terbangnya untuk menjalani perawatan depresi. Namun bukannya diobati, dia malah dikirim ke maskapai Lufthansa, perusahaan induk Germanwings, pada 2010 dan ditugaskan berlatih di Arizona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Desember 2014, Lubitz kembali menunjukkan gejala depresi dan mendatangi beberapa dokter. Namun para dokter menolak memberitahu data pasien sesuai dengan hukum di Jerman.
Dalam gugatan dari 80 keluarga korban Germanwing disebutkan, jika saja ATCA melakukan pemeriksaan latar belakang kesehatan, maka Lubitz tidak akan pernah berada di balik kemudi pesawat.
"ATCA tidak hanya lalai, tapi juga ceroboh, dan bahkan nekat, karena gagal menerapkan standar yang mereka iklankan sendiri, yaitu 'ketat', dan gagal mengetahui riwayat gangguan metal Lubitz," kata pengacara keluarga korban Germanwings, Brian Alexander, yang juga mantan pilot militer.
Juru bicara Lufthansa menanggapi santai gugatan tersebut. "Berdasarkan informasi yang kami terima, tidak ada peluang keberhasilan dari langkah hukum ini," kata dia.
Sebelumnya Germanwings telah memberikan kompensasi sedikitnya 100 ribu euro atau lebih dari Rp1,4 miliar kepada keluarga korban.
(den)