Jika Uji Coba Nuklir Kelima, Korut Terancam Sanksi Baru

Hanna Azarya Samosir/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 21 Apr 2016 05:45 WIB
Jika benar-benar melakukan uji coba nuklir, Korut terancam dijatuhi sanksi baru, termasuk dengan memangkas pendapatan warganya yang bekerja di luar negeri.
Rencana kunjungan Menlu Korut, Ri Su Yong, ke New York untuk menghadiri konferensi iklim PBB diharapkan dapat membuka komunikasi. (Reuters/Ray Stubblebine)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Utara diperkirakan bakal melakukan uji coba nuklir ke lima dalam waktu dekat. Jika benar-benar dilaksanakan, Korut terancam dijatuhi sanksi baru, termasuk dengan memangkas pendapatan warganya yang bekerja di luar negeri.

"Seperti resep obat, dosisnya dapat ditingkatkan jika efeknya kurang seperti yang seharusnya," ujar Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Hubungan Asia Timur dan Pasifik, Danny Russel, kepada Reuters, Selasa (19/4).

Russel kemudian menegaskan bahwa ia memang sedang membicarakan mengenai kemungkinan sanksi baru dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, AS sendiri, atau kelompok negara yang sepaham dengan Washington dari Uni Eropa dan Asia Tenggara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika memang sanksi semacam itu diterapkan, sekitar 150 ribu warga Korut akan terkena imbasnya. Merujuk pada data Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, mayoritas dari mereka bekerja di restoran, situs konstruksi, atau menjadi dokter di China dan Rusia, membawa pulang uang sekitar US$900 juta per tahun.

Russel juga mengatakan bahwa AS dan sekutunya, Korea Selatan dan Jepang, akan mengambil langkah pertahanan. "Ketika ancaman meningkat, maka kemampuan pertahanan kami juga harus disesuaikan," katanya.

Namun menurut Russel, efektif atau tidaknya sanksi baru itu bergantung pada seberapa ketat tindakan tersebut diterapkan oleh China yang merupakan tetangga, sekutu, dan mitra dagang terbesar Korut.

Juru bicara Menlu China, Hua Chunying, mengatakan bahwa semua pihak seharusnya menahan diri dari tindakan atau perkataan yang dapat memperburuk keadaan, dan lebih baik tetap tenang agar proses perundingan berjalan lancar.

"Saya tidak mau menjawab pertanyaan yang bersifat hipotesis," ujarnya dalam jumpa pers pada Rabu (20/4) saat menjawab pertanyaan apakah China akan mendukung sanksi baru jika Korut kembali melakukan uji coba nuklir.

Melihat perkembangan belakangan ini, juru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Jeong Joon-hee, pesimistis dengan kunjungan Menlu Korut, Ri Su Yong, ke New York untuk menghadiri konferensi iklim PBB yang sebelumnya diharapkan dapat membuka komunikasi.

"Di saat Korut berbicara dengan lebih banyak provokasi, saya pikir itu justru akan lebih menekankan sanksi ketimbang dialog," ucap Jeong dalam jumpa pers di Seoul.

Hingga kini, Russel sendiri menekankan bahwa AS belum memutuskan apapun. Ia juga tidak dapat memberikan gambaran pasti terhadap satu hal yang belum terjadi. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER