Dilarang Lewat Jalur Darat, Warga Rohingya Tenggelam di Laut

Denny Armandhanu/AFP | CNN Indonesia
Kamis, 21 Apr 2016 13:53 WIB
Warga Rohingya di pengungsian kota Pauktaw dilarang menempuh jalur darat untuk menuju Sittwe menggunakan perahu reyot, rentang terbalik atau tenggelam.
Ilustrasi (Reuters/Junaidi Hanafiah/Files )
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan warga pengungsi Rohingya meninggal dunia setelah kapal mereka terbalik dan tenggelam di laut Myanmar. Saksi mata mengatakan, warga Muslim Rohingya terpaksa mengambil jalur laut yang berbahaya karena dilarang menempuh perjalanan darat.

Seperti diberitakan AFP, Rabu (20/4), insiden ini terjadi pada Selasa lalu saat 21 warga Rohingya tewas, termasuk di antaranya sembilan anak-anak. Mereka adalah warga di kamp pengungsi Sin Tet Maw, kota Pauktaw, yang hendak menuju Sittwe, ibu kota negara bagian Rakhine, dengan menggunakan perahu reyot.

Mereka terusir dari Sittwe akibat kekerasan dari kelompok Buddha Rakhine dan terpaksa tinggal di kamp pengungsi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut aktivis Rohingya, Kyaw Hla Aung, para pengungsi tersebut hanya diperbolehkan pergi menuju Sittwe menggunakan jalur laut, bukan jalan darat.

"(Kecelakaan perahu) ini terjadi karena transportasi yang tidak aman. Kami tidak bisa menggunakan transportasi langsung (lewat darat) ke Sittwe untuk membeli barang-barang atau obat-obatan," kata Aung.

Para korban tewas dalam perahu itu sebelumnya menerima izin khusus untuk menggunakan perahu menuju pasar di Sittwe dari Pauktaw.

Seorang pria Rohingya, Tin Hla, yang juga tinggal di kamp pengungsi yang menampung 1.500 orang itu mengatakan putranya adalah salah satu penumpang di perahu tersebut. Dia mengakui bahwa mereka hanya bisa bepergian lewat laut, yang sangat berbahaya.

"Jika kami ingin pergi ke Sittwe, kami harus pergi ke sana dengan cara yang tidak aman (lewat laut)," kata Hla yang pergi ke Sittwe untuk menjemput jenazah putranya.

PBB menyebut Rohingya sebagai kelompok masyarakat paling tertindas di dunia. Masyarakat Muslim Rohingya tidak diakui oleh Myanmar kendati telah hidup beberapa generasi di negara itu.

Rohingya juga tidak diakui di Bangladesh, negara asal nenek moyang mereka, menjadikan Rohingya sebagai masyarakat tanpa kewarganegaraan.

Keadaan mereka diperparah oleh kekerasan dan diskriminasi yang terjadi di Rakhine. Kelompok Buddha ultra-nasionalis kerap menjadikan Rohingya sebagai target serangan.

Tokoh politik yang dianggap sebagai presiden bayangan Myanmar, Aung San Suu Kyi, juga tidak angkat bicara soal penderitaan Rohingya. Peraih Penghargaan Nobel Perdamaian ini dikritik karena dianggap tidak peduli pada nasib Rohingya.

Tahun lalu, lebih dari 700 warga Rohingya terdampar di Aceh dalam keadaan payah setelah terkatung di lautan dengan perbekalan yang menipis. Mereka kabur dari pengungsian untuk mencari kehidupan yang layak di Malaysia atau Australia.

"Kecelakaan ini adalah pengingat yang tragis akan rentannya komunitas dan keluarga di Rakhine. Pilihan mereka (Rohingya) hanya menggunakan jenis perjalanan ini (melalui laut) untuk pemenuhan kebutuhan yang diperlukan bagi kehidupan yang bermartabat," kata Janet Jackson, koordinator warga dan kemanusiaan PBB di Myanmar. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER