Jakarta, CNN Indonesia -- Para pemimpin senior Kurdi dan Syiah sepakat untuk menarik pasukan mereka dari wilayah utara Irak, sebagai upaya mengakhiri kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 10 orang dalam beberapa hari terakhir.
Bentrokan di Tuz Khurmato, yang berjarak 175 km sebelah utara Baghdad, menandai aksi kekerasan terbaru di kota itu sejak militan ISIS berhasil diusir oleh Kurdi Peshmerga dan milisi Syiah pada 2014.
Dilaporkan
Reuters pada Rabu (27/4), Walikota Shalal Abdul menyatakan bahwa di bawah kesepakatan itu, polisi setempat akan mengambil alih kontrol di Tuz Khurmato, wilayah yang dihuni oleh masyarakat Kurdi, Syiah Turkmen dan Arab Sunni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pejabat Kurdi, Kareem Shkur, menyatakan bahwa Peshmerga dan milisi Syiah menarik diri setelah polisi menjadi penengah berbagai kelompok etnis dan agama di wilayah itu selama sekitar satu bulan.
Sementara itu, Tuz Khurmato juga akan dilindungi oleh unit dari masing-masing pasukan yang dikoordinasikan melalui operasi gabungan.
Sejumlah kesepakatan antar kelompok etnis sebelumnya dilanggar, dan warga Tuz Khurmato tak optimis kesepakatan ini juga akan bertahan lama.
Bentrokan antara Kurdi dan milisi Syiah dimulai pada Sabtu (23/4) malam ketika anggota milisi Syiah melemparkan granat ke rumah seorang komandan Kurdi. Serangan ini dibalas Kurdi dengan menembakkan RPG, menurut keterangan sumber keamanan.
Gencatan senjata diumumkan sejak Minggu (24/4), gencatan senjata itu gagal pada Senin (25/4), bahkan ketika matahari belum terbenam. Tembakan meriam dan serentetan tembakan terus berlangsung sampai Rabu.
Bentrokan yang terjadi Tuz Khurmatu dan sejumlah kota lainnya berisiko memecah belah Irak, yang saat ini merupakan negara eksportir minyak utama OPEC. Selain itu, Irak juga tengah berjuang melawan ISIS, serta menstabilkan situasi keamanan yang bergejolak sejak invasi yang dipimpin AS menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein pada 2003.
(ama)