ISIS Buka Kantor Imigran untuk Fasilitasi Militan Asing

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Jumat, 13 Mei 2016 06:22 WIB
Langkah ini diambil menyusul konflik tentara ISIS dengan para militan Belanda, melibatkan baku tembak, dan pembunuhan, berujung pada eksekusi delapan orang.
Ilustrasi (Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok bersenjata ISIS dilaporkan membuka "kantor imigran" yang bertugas menjaga hubungan antara militan Arab dengan militan asing, terutama dari negara-negara Eropa. Langkah ini diambil menyusul konflik tentara ISIS dengan para militan Belanda, melibatkan baku tembak, dan pembunuhan, berujung pada eksekusi delapan orang.

Jaringan aktivis Suriah yang tergabung dalam organisasi Raqqa is Being Slaughtered Silently (RBSS) seperti dikutip The Independent, Kamis (12/5), mengatakan kantor ini akan mencari tahu permasalahan para militan asing dan berusaha mencari soiusinya dengan cepat, untuk mencegah terjadinya konflik antar anggota.

Sebelumnya pada Februari lalu terjadi perseteruan internal ISIS saat kelompok militan ini menahan delapan anggota mereka sendiri yang berasal dari Belanda atas tuduhan merencanakan pembelotan. Seorang dari militan Belanda itu tewas dipukuli.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kawan-kawan satu negara mereka balas dendam dan menyerbu kantor aparat ISIS, terjadi dalam baku tembak yang cukup lama. RBSS mengatakan, para militan Belanda bahkan membunuh seorang militan ISIS dari Irak yang diturunkan untuk berunding sebagai bentuk balas dendam.

Peristiwa ini dilaporkan kepada para petinggi ISIS di Irak dan sebanyak 70 militan Belanda ditahan, delapan di antaranya dieksekusi karena dianggap memprovokasi.

RBSS mengatakan peristiwa ini terjadi di tengah gelombang pembelotan dan cekcok antar anggota, ditambah lagi kekhawatiran penyusupan intelijen asing, serangan udara dan rasa frustrasi akibat kehilangan wilayah karena serangan udara pasukan koalisi Amerika Serikat.

Beberapa militan asing, menurut laporan RBSS, mengaku didiskriminasi dalam hal pembayaran gaji, kondisi hidup, hadiah dan perlakuan, termasuk selalu dikirim ke garis depan yang mematikan seperti di Deir ez-Zor, berbeda dengan militan ISIS lainnya yang berasal dari Irak.

Harry Sarfo, mantan anggota ISIS asal Jerman yang berhasil kabur mengatakan, dia adalah satu dari banyak militan asing yang berusaha keluar. Dalam wawancara dengan Independent dia mengatakan, banyak yang mencoba kabur akhirnya berakhir di penjara atau eksekusi mati.

"Mereka diabaikan oleh negara mereka sendiri, kebanyakan warga Inggris. Saya berbicara dengan beberapa dari mereka yang ingin keluar, kebanyakan mengatakan itu mustahil," kata Sarfo.

Menurut data lembaga Syrian Observatory for Human Rights, ISIS telah mengeksekusi sedikitnya 400 anggota mereka sendiri dalam kurang dari dua tahun, termasuk mereka yang mencoba kabur dan kembali ke negara asal. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER