Jakarta, CNN Indonesia -- Perancis mengadili tujuh orang yang dituding bepergian ke Suriah untuk berlatih sebagai militan, satu di antaranya merupakan saudara laki-laki pelaku serangan Paris yang menewaskan 130 orang November lalu.
Ketujuh orang itu berusia 24-27 tahun, dan terancam dibui hingga 10 tahun karena terlibat dalam rekrutmen kelompok teroris dan menerima pelatihan dari ISIS di Suriah.
Mereka termasuk dalam kelompok besar yang bepergian ke Suriah pada Desember 2013, dua diantaranya tewas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semuanya kembali ke Perancis pada awal 2014, kecuali Foued Mohamed-Aggad, yang menjadi salah satu dari tiga penyerang yang membunuh 90 orang di gedung konser Bataclan pada serangan Paris.
Dua dari tiga orang itu lalu meledakkan diri mereka dengan bom bunuh diri, dan yang lain ditembak mati oleh polisi.
Saudara Foued, Karim Mohammed-Aggad, ada di antara tujuh orang yang kini diadili.
Tujuh terdakwa itu mengatakan kepada penyelidik Perancis bahwa mereka pergi ke Suriah dalam misi kemanusiaan untuk memerangi Presiden Suriah Bashar al-Assad, tidak untuk menjadi militan Islam.
“Saya pergi ke sana hanya untuk satu tujuan: untuk memerangi rezim Bashar al-Assad,” kata Karim Mohammed-Aggad di pengadilan.
Ia meminta pengadilan untuk tidak menyamakan dia dengan saudaranya. “Kau memilih temanmu, tidak keluargamu,” kata dia. “Saudara saya melakukan apa yang ia lakukan, ia sendiri yang bertanggung jawab.”
Pembela ketujuh orang itu mengatakan mereka ditipu dan ketika mereka menyadari mereka jatuh ke tangan jaringan militan, mereka mencari jalan keluar.
“Mereka diberi tahu mereka akan berguna,” kaya Martin Pradel, salah pengacara para terdakwa tersebut. “Kesalahan mereka adalah percaya kepada propaganda.”
“Ini adalah pengadilan tujuh pemuda yang kembali setelah tiga bulan. Itu akan membuat kita bisa menyoroti perbedaan antara mereka yang memutuskan untuk kembali dan mereka yang tinggal,” kata Xavier Nogueras, pengacara lainnya.
(stu)