Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu desa terkaya di Swiss, Oberwil-Lieli, lebih memilih membayar denda senilai 200 ribu pound sterling atau setara Rp3,9 miliar ketimbang harus menerima 10 pengungsi sesuai dengan kuota yang ditentukan.
Keputusan ini merupakan hasil referendum warga yang memilih tidak menerima para pengungsi dengan alasan mereka tak akan cocok hidup di sana.
Referendum itu dilakukan setelah pemerintah Swiss mengumumkan sistem kuota untuk memenuhi kesepakatan penerimaan 50 ribu pencari suaka oleh negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan menolak rencana ini, desa berpenghuni 300 jutawan dari 22 ribu populasinya ini dikecam sebagai masyarakat rasis, bahkan oleh salah satu penduduknya.
"Hal yang seharusnya dilakukan adalah membantu orang lain yang tak seberuntung kami. Ini membuat desa ini seperti tidak peduli dengan yang terjadi dengan orang lain dan hanya peduli dengan diri sendiri," ujar seorang ibu anonim seperti dikutip
The Telegraph, Senin (30/5).
Namun, Wali Kota Oberwil-Lieli, Andreas Glarner, menampik tuduhan bahwa hasil pemilihan itu dipengaruhi motivasi rasisme. Menurut Glarner, warganya menolak karena mereka tidak diberi informasi apakah pengungsi itu berasal dari Suriah atau imigran ekonomi asal negara lain.
Jika berasal dari Suriah, kara Glarner, sebaiknya para pengungsi ditampung di kamp-kamp dekat negara mereka.
"Uang dapat dikirimkan untuk membantu mereka. Namun, jika kami menerima mereka, pesan yang sampai akan salah. Orang lain akan datang dengan merisikokan hidup mereka mengarungi lautan dan membayar penyelundup manusia untuk melakukan itu," katanya.
(den)