Bersiul, Duterte Disebut Lecehkan Wartawan Perempuan

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Jumat, 03 Jun 2016 12:29 WIB
Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, dituduh melakukan pelecehan seksual setelah bersiul kepada seorang wartawan wanita yang tengah menanyainya.
Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, dituduh melakukan pelecehan seksual setelah bersiul kepada seorang wartawan wanita yang tengah menanyainya. (Reuters/Romeo Ranoco)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, dikecam dan dituduh melakukan pelecehan seksual setelah bersiul kepada seorang wartawan perempuan yang tengah mengajukan pertanyaan kepadanya pada sebuah konferensi pers yang disiarkan di televisi nasional.

Duterte, 71, menyela pertanyaan yang diajukan oleh seorang wartawan televisi Mariz Umali pada Selasa (31/5) malam terkait sejumlah tokoh yang ditunjuk Duterte untuk mengisi kabinetnya.

Duterte berkelakar bahwa Umali tengah berupaya mencari perhatiannya, lalu bersiul dengan memasukkan dua jari tangan ke dalam mulut, atau yang biasa disebut wolf-whistle. Cara bersiul semacam ini, secara konvensional, biasanya dilakukan seorang pria untuk menarik perhatian wanita. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sontak, kelakuan Duterte ini membuat suasana menjadi gaduh dan memancing tawa para hadirin. 

Namun, Umali tetap berupaya untuk mengajukan pertanyaan kepadanya. Duterte kemudian hanya tersenyum, sementara sejumlah wartawan lainnya terlihat tertawa melihat upaya Umali.

Dalam wawancara dengan GMA pada Kamis (3/6), Umali menyebut tindakan Duterte terhadapnya "tidak pantas."

Meski demikian, Umali menyatakan dia tidak akan berusaha untuk memperpanjang kontroversi ini, namun suaminya turut mengecam tindakan Duterte dalam akun Facebook-nya.

"Menggoda istri saya adalah tindakan yang sangat salah," tulis suami sang wartawan, Raffy Tima, dikutip dari Channel NewsAsia.

"Sejumlah lelucon memang lucu dan harus ditertawakan, tapi tindakan tidak menghargai wanita tak pantas jadi bahan tertawaan," tulisnya.

Duterte menepis kecaman tersebut dan menyatakan bahwa bersiul semacam itu bukanlah "pelecehan seksual."

"Harus ada nada seksual, tetapi jika saya hanya bersiul, kecaman semacam ini yang mengganggu kebebasan berekspresi," katanya.

Duterte sendiri telah menandatangani peraturan hak-hak perempuan lokal pada 1997, yang mengklasifikasikan bahwa bersiul di depan perempuan dianggap sebagai pelecehan seksual di Davao City, kota tempatnya menjabat sebagai wali kota hingga saat ini.

Menanggapi kontroversi ini, juru bicara Duterte, Salvador Panelo, mengatakan pada Kamis bahwa sang wartawan perempuan itu harus menganggap bahwa siulan sang presiden terpilih itu kepadanya sebagai pujian dan tanda "kasih sayang."

Duterte sebelumnya juga menerima kecaman dari sejumlah kelompok media massa atas komentarnya yang mengatakan bahwa pembunuhan jurnalis korup bisa dibenarkan.

Dalam konferensi pers yang sama, Duterte ditanya mengenai cara pemerintahannya melindungi kebebasan pers. Duterte menjawab bahwa jurnalis yang terbunuh dalam tugas biasanya korup dan suka menerima suap.

"Hanya karena Anda jurnalis, tidak berarti bebas dari pembunuhan jika Anda adalah bajingan. Kebebasan berekspresi tidak bisa membantumu jika kau melakukan sesuatu yang salah," kata Duterte, dikutip CNN.

Namun, komentar mengenai pembunuhan jurnalis ini disambut negatif oleh berbagai pihak. Pasalnya, sekitar 175 jurnalis dibunuh di Filipina sejak 1986, membuat negara itu menjadi salah satu negara paling berbahaya bagi wartawan.

Ketua Persatuan Nasional Jurnalis Filipina, Ryan Rosuaro, mengatakan bahwa kebebasan media dan pembunuhan jurnalis bukan sebuah banyolan.

Duterte kerap menyampaikan komentar kontroversial. Pria 71 tahun yang akan menjabat sebagai Presiden Filipina pada akhir Juni mendatang ini pernah menyebut uskup sebagai "anak pelacur" hingga berkelakar mengenai korban perkosaan. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER