Tertekan, Paedofil Belgia Minta Eutanasia

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 10 Jun 2016 16:13 WIB
Seorang pria Belgia yang tertarik dengan pemuda dan remaja laki-laki ingin melakukan eutanasia karena sudah tidak tahan dengan orientasi seksualnya.
Ilustrasi. (Thinkstock/Ingram Publishing)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria Belgia yang tertarik dengan pemuda dan remaja laki-laki ingin melakukan eutanasia karena sudah tidak tahan dengan orientasi seksualnya.

"Ini seperti penderitaan permanen, seperti dipenjara di dalam tubuh sendiri," ujar orang yang berbicara dengan nama samaran Sebastien ini seperti dikutip The Independent.

Melanjutkan keluhannya, Sebastien kembali berkata, "Tidak bisa keluar, selalu merasa malu, lelah, tertarik kepada orang yang seharusnya tidak disukai. Ini semua kebalikan dari yang saya inginkan."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam hukum Belgia sejak 2012, eutanasia diperbolehkan dalam kasus-kasus "penderitaan fisik atau mental yang tak tertahankan."

Untuk kasus kejiwaan, dibutuhkan persetujuan dari tiga dokter. Kini, Sebastien sudah memulai proses panjang itu dan mendapatkan satu persetujuan dokter.

Ia pantang mundur. Sebastien bahkan mengatakan ia sudah mendambakan kematian sejak kecil.

"Keseluruhan hidup saya menuntun saya ke titik ini. Ibu saya mengidap demensia, dan saya tidak baik secara mental. Saya sangat kesepian, terpuruk. Saya takut pergi keluar. Takut dilihat orang," tuturnya.

Pada umur 15 tahun, ia bertemu dengan seorang teman lelaki sebaya dan jatuh cinta. Selanjutnya, ia sempat memadu kasih dengan remaja yang lebih tua. Namun, ia terus menyangkal dan tak dapat menerima orientasi seksualnya.

Setelah menjalani terapi selama 17 tahun, ia tetap saja tertarik pada remaja pria. Ia mengaku sering melihat foto pemuda dan anak-anak lelaki di internet, tapi tak pernah melakukan pelecehan seksual.

Sebastien pun sempat mencoba bunuh diri sebelum akhirnya menemui dokter dan mengatakan bahwa ia seorang paedofil. Namun, para dokter tidak percaya.

"Mereka berkata, 'Kamu membuat-buat. Terus jalani hidupmu saja.' Mereka mengatakan bahwa saya tidak berbahaya bagi anak-anak," katanya.

Ia terus berusaha mencari opini para medis, tapi tak ada yang percaya. "Saya bahkan menyerahkan diri ke polisi pada 2014. Mereka merujuk saya ke dokter lainnya," ucap Sebastien.

Tetap saja, masyarakat tidak memahami penderitaan seorang paedofil.

"Saya tidak pernah ingin menyakiti anak-anak. Ini lebih seperti perasaan cinta, tapi masyarakat menentang hubungan semacam ini, yang memang benar. Jadi, saya tidak ingin melakukan yang lain. Hanya neraka yang menanti saya," tutur Sebastien.

Namun, Latifa Bennari, pendiri asosiasi L'Ange Blue, menuturkan bahwa Sebastien pernah mengirimkan surat elektronik sekitar enam bulan lalu. Ia terenyuh dengan subjek surel tersebut yang berbunyi, "Bantu saya untuk mati."

Meskipun tersentuh, Bennari berharap Sebastien dapat terus hidup dan membantu asosiasinya yang bergerak di bidang pencegahan paedofil melakukan kekerasan.

"Paedofil membutuhkan struktur alternatif yang tidak menghakimi mereka. Jika sebanyak itu psikolog tak dapat membantunya, itu merupakan kegagalan dalam menjalani tugas," katanya.

Bagaimanapun, eutanasia sudah lazim dilakukan di Belgia. Lebih dari 1.807 kasus eutanasia dikonfirmasi pada 2013. Mayoritas kasus merupakan warga usia lanjut yang mengalami penyakit mematikan.

Bulan lalu, seorang korban pelecehan seksual selama 10 tahun diizinkan melakukan suntik mati karena tekanan trauma yang tidak dapat disembuhkan hingga menyebabkan anoreksia dan depresi kronis.

Pada 2014, Belgia menjadi negara pertama yang melegalkan eutanasia untuk anak-anak, mengizinkan dokter mengakhiri hidup bocah dengan penyakit langka. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER