Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengancam Amerika Serikat jika tak memenuhi kesepakatan nuklir. Ancaman Khamenei ini terlontar menyusul rencana kandidat capres AS, Donald Trump, untuk melanggar kesepakatan itu.
Pada Agustus lalu, Trump berencana untuk "mengoyak" kesepakatan nuklir antara Iran dengan enam negara besar dunia, termasuk Amerika Serikat. Saat itu, Trump berjanji bahwa jika dia terpilih nanti, dia akan "mengawasi kesepakatan itu dengan sangat ketat sehingga mereka [Iran] tak punya kesempatan."
Terkait wacana tersebut, Khamenei menyatakan, "Republik Islam [Iran] tidak akan menjadi pelanggar kesepakatan nuklir. Memenuhi janji merupakan perintah Al-Quran," kata Khamenei, dikutip dari
Reuters, Selasa (14/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi jika ada ancaman dari calon presiden Amerika untuk mengoyak kesepakatan, maka Republik Islam akan membakar kesepakatan itu," ucap Khamenei.
Meski Khamenei tidak menyebut Trump dalam ancamannya, namun ia menyatakan tidak akan membedakan capres dari Partai Republik maupun Demokrat. Terkait ancamannya, Khamenei pun menyatakan ia sudah menemui sejumlah pejabat Iran, termasuk Presiden Hassan Rouhani yang berhasil mencapai kesepakatan ini.
Tak hanya Trump, rival terberatnya, Hillary Clinton, juga pernah melontarkan pernyataan yang menyinggung kekuatan militer Iran. Pada Maret lalu, dalam pidatonya di hadapan para pelobi pro-Israel di Washington, mantan menteri luar negeri AS itu menyatakan bahwa Iran masih menjadi ancaman bagi Israel dan harus diawasi dengan ketat.
Amerika Serikat dan Eropa mencabut sejumlah sanksi terhadap Teheran pada Januari di bawah kesepakatan yang menahan program nuklir Iran. Namun, beberapa pembatasan tetap diberlakukan, termasuk sejumlah transaksi keuangan, yang memperlambat harapan Iran untuk berintegrasi dengan pasar dunia.
Khamenei mencatat bahwa sanksi kepada Iran belum sepenuhnya diangkat, masalah dengan sejumlah bank Iran belum terselesaikan, dan bahwa uang Iran yang ditahan di negara lain juga belum dikembalikan.
"Kesepakatan nuklir memiliki celah yang, jika berhasil ditutup, akan mengurangi kelemahannya," katanya.
"Beberapa orang berpikir bahwa kita bisa bergaul dengan orang-orang Amerika dan memecahkan masalah ini, ini adalah ide yang salah dan hanya khayalan," ujarnya.
Pemimpin Tertinggi Iran itu juga mengatakan negaranya telah memenuhi kewajiban dengan menghentikan pengayaan uranium sebesar 20 persen dan menghentikan fasilitas nuklir di Fordow dan Arak.
Sebelumnya, menteri luar negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mendesak Amerika Serikat untuk berbuat lebih banyak guna mendorong sejumlah bank berbisnis dengan Iran.
(ama/stu)