Tuan Tanah Inggris Sulit Jual 1.000 Properti Usai Brexit

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 28 Jun 2016 21:10 WIB
Fergus Wilson, yang ingin menjual 1.000 propertinya, kini menghadapi calon pembeli yang mengulur waktu atau investor yang menarik diri menyusul Brexit.
Ilustrasi properti di Inggris (Thinkstock/TonyBaggett)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tuan tanah terbesar di Inggris, Fergus Wilson, turut terperangkap dalam kekacauan bisnis menyusul keputusan negaranya untuk hengkang dari Uni Eropa. Berupaya menjual 1.000 propertinya, Wilson kini harus menghadapi calon pembeli yang mengulur-ulur waktu maupun sejumlah besar investor yang tiba-tiba menarik diri seiring belum ada kepastian pasar pasca Brexit.

Wilson berencana menjual seluruh propertinya, termasuk 900 rumah, kepada sejumlah besar investor, baik individu maupun lembaga terkenal, menurut laporan The Telegraph, Selasa (27/6).

Namun, taipan properti ini harus menunggu kepastian pasar untuk meyakinkan para calon investor soal prospek pembelian propertinya. Ini berarti sejumlah kesepakatan bisnisnya rentan gagal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilson mengumumkan niatnya untuk menjual seluruh propertinya seharga 250 juta pound sterling pada akhir tahun lalu. Dia mengaku sedih harus menjual propertinya, namun "akal sehat harus tetap digunakan" untuk bertahan dalam ketidakpastian pasar. Wilson, yang saat itu berusia 67 tahun menyatakan "saya tidak akan bertambah muda."

Wilson merupakan satu dari sekian banyak pemilik properti dan tuan tanah di Inggris yang terkena imbas keraguan pasar terhadap masa depan investasi di negara itu. Berbaga perusahaan properti memperingatkan sejumlah besar pembeli menunda atau menarik diri dari penawaran properti lantaran khawatir Brexit akan membawa ketidakpastian ekonomi di Inggris sehingga investasi mereka akan sia-sia.

Sejumlah perusahaan properti melaporkan bahwa berbagai penawaran properti hunian gagal terjadi. Perusahaan The Partnership mengklaim 50 persen penawaran properti dinyatakan gagal usai Brexit, fenomena yang "belum pernah terjadi sebelumnya."

Meski menimbulkan ketidakpastian pasar, Wilson yakin bahwa kebijakan imigrasi ketat yang diserukan pegiat Brexit, seperti mantan wali kota Inggris Boris Johnson dan Michael Gove, akan membuat para penyewa properti di Inggris berasal dari kelas ekonomi yang lebih baik.

"Warga harus memiliki tempat tinggal dan [kebijakan] imigrasi memaksa mereka untuk menyewa bangunan seperti yang saya dan tuan tanah lainnya miliki di sini. Kami hanya akan mempertimbangkan orang-orang yang mampu membayar sewa," ujarnya.

"Saat ini, para penyewa properti saya sebagian besar merupakan warga Eropa Timur yang merupakan pekerja dengan keterampilan rendah namun memiliki banyak uang," kata Wilson.

"Saya pikir sistem [imigrasi berbasis] poin yang dirancang oleh Boris Johnson dan Michael Gove akan membantu para tuan tanah karena sistem itu akan membuat para penyewa properti berasal dari kelas yang lebih baik. Mereka hanya mengizinkan imigran dengan kemampuan tinggi, yang akan menjadi calon penyewa properti kami," ucap Wilson.

Wilson sendiri mengaku tidak berpartisipasi dalam referendum Uni Eropa yang menentukan keanggotaan Inggris pada pekan lalu. Namun, jika ia memilih, ia yakin akan memilih 'Keluar'. (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER