Terungkap, Memo Rahasia Blair untuk Bush dalam Perang Irak

Vetriciawizach | CNN Indonesia
Kamis, 07 Jul 2016 16:14 WIB
Dalam memo rahasia, Tony Blair mengatakan bahwa ia akan terus bersama George Bush dalam perang Irak, apapun kondisinya.
Tony Blair mengirimkan 29 surat rahasia untuk George Bush sebelum dan selama Perang Irak berlangsung. (REUTERS/Jeff J Mitchell)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, mengirimkan memo-memo dukungan kepada George Bush, sebelum mantan presiden Amerika Serikat itu mengirimkan pasukan untuk menginvasi Irak.

Memo ini terungkap dalam Laporan Chilcot yang dirilis pada Rabu (6/7).

Laporan Chilcot adalah penyelidikan independen terhadap keputusan pemerintah Inggris mendukung invasi Irak. Penyelidikan independen itu dimulai pada 2009 lalu di bawah pemerintahan Perdana Menteri Gordon Brown, dan dipimpinn John Cilcot, mantan pejabat istana Whitehall.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laporan itu mengkritik keputusan Inggris dalam invasi Irak --serangan pertama Inggris pada negara berdaulat sejak perang dunia kedua -- karena Inggris sebenarnya masih memiliki opsi lewat perundingan damai. Saat itu Blair menjadi Perdana Menteri Inggris.

Laporan Chilcot juga mengungkapkan bahwa Blair mengirimkan 29 surat rahasia untuk Bush dalam masa-masa sebelum invasi, dengan salah satunya mengatakan "saya akan bersamamu, apapun kondisinya."

Pada memo tertanggal 4 Desember 2001, Blair mengakui adanya keengganan dari negara-negara lain untuk melakukan aksi militer di Irak, namun menegaskan "yang pasti, orang-orang ingin menyingkirkan Saddam."

Blair juga menyarankan Bush untuk merancang peta untuk menggulingkan rezim Saddam Hussein, termasuk di antaranya menekan Suriah, memantik api pemberontakan di dalam Irak, dan juga mengajak Rusia ikut serta.

Dalam memo tertanggal 28 Juli 2002, Blair mengungkapkan dukungannya untuk Bush, namun mengingatkan bahwa negara-negara Eropa takkan terlibat tanpa adanya otorisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Ia menyarankan Bush mengumpulkan bukti-bukti bahwa Irak memang menyembunyikan senjata pemusnah massal dan juga bukti keterkaitan Irak dengan al-Qaeda.

Dalam memo yang sama, Blair mengakui bahwa perang Irak tidak akan berlangsung mudah. "Ini bukan Kosovo. Ini bukan Afghanistan. Ini bahkan bukan Perang Teluk."

Blair juga mengatakan pada Bush bahwa Saddam Hussein adalah rezim yang paling brutal di dunia selain Korea Utara, dan menurunkan Sadam Hussein dari posisinya sebagai presiden Irak akan "membebaskan negara itu".

Dalam memo tertanggal 26 Maret 2003, atau enam hari setelah invasi dimulai, Blair membenarkan serangan tersebut, meski tak ada bukti konkret Irak memiliki senjata pemusnah massal.

Blair mengatakan bahwa meskipun senjata pemusnah massal adalah faktor penting, "hadiah utama" mereka adalah untuk menyingkirkan Saddam.

Enam bulan setelah perang dimulai, Blair kembali mengirimkan surat dan mengakui bahwa rencana mereka tak berjalan sesuai rencana.

Satu bulan kemudian, Blair mulai mengirimkan surat dalam nada panik. "Memerangi Irak di daratan sangat sukar. Kami kehilangan orang karena serangan teroris. Kami belum menemukan cukup bukti soal senjata pemusnah massal."

Surat-surat Blair untuk Bush ini berlanjut selama perang berlangsung dan menunjukkan kedekatan hubungan antara Blair dan pemimpin Amerika Serikat tersebut.

Perang Irak sendiri berlangsung hingga 2009. Laporan Chilcot menyatakan bahwa laporan tersebut menewaskan 150 ribu orang dengan mayoritas di antaranya adalah rakyat Irak dan lebih dari satu juta orang kehilangan rumah. (vws)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER