Jakarta, CNN Indonesia -- Anak-anak Suriah gembira bukan main saat Rami Adham, aktivis pemberi bantuan, mendatangi mereka di kamp pengungsi. Berbaris rapi, anak-anak ini tidak sabar menerima mainan-mainan yang dibawa Adham.
Adham, yang dijuluki sebagai "penyelundup mainan" telah puluhan kali menyambangi Aleppo membawa boneka-boneka untuk anak-anak korban perang. Menurut Adham, anak-anak ini tidak hanya butuh bantuan makanan, tapi juga mainan. Benda ini memberi kebahagiaan bagi mereka di tengah getirnya perang.
"Saat itu pertama kali kami ke kamp pengungsi di dekat perbatasan. Kami membawa makanan, tapi saat kami memberikan mainan, kehebohan terjadi. Anak-anak berdatangan. Saya kemudian sadar, mereka tidak memikirkan makan, mereka hanya ingin mainan," kata pria 43 tahun itu, seperti dikutip
Telegraph, Minggu (10/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya, Adham tidak berniat membawa mainan. Namun putrinya yang berusia tiga tahun, Yasmin, bersikeras ingin mendonasikan mainannya ke anak-anak Suriah. Hal inilah yang membuat Adham tergerak mengumpulkan dan menyumbangkan mainan.
Aktivis keturunan Suriah dari Finlandia ini awalnya membawa 25 teddy bear dan 36 boneka Barbie. Empat tahun berselang, setiap kali datang ke kamp pengungsi, Adham membawa sekitar 80kg mainan hasil donasi yang diselundupkan melalui Turki. Saat ini sudah ribuan mainan yang diboyongnya ke Suriah.
Pada bulan suci Ramadan kemarin, dia membawa 700 mainan ke kamp di dekat kota Atmeh di utara Suriah. Kamp itu memuat 80 ribu pengungsi. Saat dia membagikan mainan di sekolah al-Rahma di kamp tersebut, 200 siswa langsung berbaris menanti jatah.
"Mainan ini membuat mereka merasa disayangi. Putra saya lebih ingat pada mainannya ketimbang apa yang dipelajari di sekolah," kata guru sekolah tersebut, Bassam. Putranya yang berusia lima tahun mendapatkan mainan Buzz Lightyear dari Adham.
Hari ini ada sekitar 3 juta anak yang tinggal di kamp-kamp pengungsi Suriah. Mereka yang beruntung bisa bersekolah, sementara sisanya harus berjuang menghidupi keluarga.
Di Atmeh, anak-anak relatif aman. Sementara di Aleppo sebaliknya. Adham harus menyokong kehidupan anak-anak yatim di kota yang saat ini menjadi medan perang antara pasukan rezim Suriah dan pemberontak itu.
 Mainan-mainan dan boneka yang akan disumbangkan oleh Rami Adham. (Dok. Facebook/Rami Adham) |
Juni lalu dia harus berjalan lebih dari 8 kilometer ke Aleppo karena berkendara sangat berbahaya. Daerah yang dikuasai pemberontak terputus aksesnya dari dunia luar karena gempuran tentara Bashar al-Assad yang dibantu artileri dan serangan udara Rusia.
"Ini adalah kunjungan ke-27 saya ke Aleppo sejak 2011, dan ini yang paling berbahaya. Bahaya yang kami hadapi, penderitaan yang kami saksikan, tidak bisa digambarkan. Enam yatim yang kami hidupi tewas saat kami ada di sana," ujar Adham.
Adham lahir di Suriah dan pindah ke Finlandia pada tahun 1988. Dari Finlandia dia menggalang dana bantuan melalui lembaga yang didirikannya, Suomi Syria.
Selama tiga pekan di Aleppo, berlindung dari serangan bom barel dan artileri, Adham kembali ke Istanbul pada akhir Juni. Saat menunggu penerbangannya ke Helsinki, dia menjadi saksi serangan bunuh diri di Bandara Ataturk, Istanbul.
"Saya merasa seperti masih ada di Suriah. Butuh beberapa saat untuk menyadari ada bom yang meledak tidak jauh dari tempat saya," lanjut Adham.
Namun bahaya dan ancaman kematian tidak menyurutkan langkah Adham untuk mengantar kebahagiaan bagi anak Suriah. Dia telah merancang rencana berikutnya untuk kembali membawa mainan ke daerah konflik.
"Saat ini, anak-anak Suriah menghadapi kematian dan rasa tidak aman serta ancaman yang tidak henti. Mainan ini sangat penting," tegas Adham.
(den)