Jakarta, CNN Indonesia -- Kongres AS merilis dokumen yang termasuk dalam laporan rahasia soal serangan 11 September yang mengungkapkan kemungkinan keterkaitan antara para pembajak yang menabrakkan pesawat ke Menara Kembar World Trade Center di New York City dengan sejumlah pejabat Arab Saudi.
Dokumen setebal 28 halaman itu dirilis pada Jumat (15/7) dan merinci laporan hasil investigasi pada 2002 yang berfokus pada kemungkinan keterkaitan pemerintah Saudi dalam serangan yang menewaskan 3.000 orang pada 2001 itu.
Namun, laporan itu menyatakan bahwa dugaan keterkaitan Saudi ini belum diverifikasi secara independen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokumen itu dirilis oleh Komite Intelijen DPR AS setelah bertahun-tahun muncul perselisihan di Washington antara Kongres dan pejabat Partai Republik dan Demokrat, dan desakan dari keluarga korban.
"Masalah ini sudah selesai," kata Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir pada konferensi pers di Washington, dikutip dari
Reuters.
Ketika ditanya apakah laporan itu membebaskan kerajaan Saudi dari tuduhan, ia menjawab, "Tentu saja."
Dirilisnya laporan yang sebelumnya rahasia ini dinilai tidak akan mengakhiri kontroversi kemungkinan Arab Saudi berperan dalam serangan tersebut, meski Saudi merupakan salah satu mitra penting AS di kawasan Timur Tengah.
Tak sedikit pejabat AS yang khawatir dan menentang perilisan dokumen itu karena dianggap dapat merusak hubungan diplomatik kedua negara.
Hasil penyelidikan mengungkapkan bahwa 15 dari 19 pembajak dua pesawat dalam insiden September 11 merupakan warga Saudi.
"Menurut berbagai dokumen FBI dan memorandum CIA, sejumlah pembajak pesawat dalam serangan 11 September, meski berada di Amerika Serikat, nampaknya memiliki kontak dengan beberapa individu yang terhubung ke Pemerintah Saudi," bunyi dokumen itu.
Laporan itu juga mengungkapkan adanya kontak pembajak dengan sejumlah warga Saudi di California serta aliran dana yang kemungkinan dikirim dari keluarga kerajaan Saudi untuk para pembajak. Tak hanya itu, laporan ini juga menyebutkan bahwa pejabat Kementerian Dalam Negeri Saudi tinggal di sebuah hotel yang sama di Virginia dengan salah satu pelaku pembajakan.
Satu bagian dari laporan itu menyebutkan Omar al-Bayoumi, seorang perwira intelijen Saudi, bertemu dengan dua pembajak di tempat umum setelah mereka tiba di San Diego. Mengutip berkas Biro Investigasi Federal, FBI, gaji sang pejabat kemudian naik dari US$465 menjadi US$3.700 per bulan, hanya dua bulan setelah para pembajak itu tiba di California.
Bagian lain dari laporan itu menggambarkan dua pembajak menanyakan pertanyaan teknis kepada pramugari selama perjalanan dari Phoenix ke Washington pada 1999 untuk menghadiri pesta di kedutaan Saudi. Saat itu, seorang pelaku serangan bahkan sempat mencoba dua kali masuk ke dalam kokpit.
Pesawat itu kemudian melakukan pendaratan darurat, sementara FBI masih terus menyelidiki insiden tersebut, tapi tidak mengajukan tuntutan apapun.
 Dirilisnya laporan yang sebelumnya rahasia ini dinilai tidak akan mengakhiri kontroversi kemungkinan Arab Saudi berperan dalam serangan tersebut, meski Saudi merupakan salah satu mitra penting AS di kawasan Timur Tengah. (Getty Images/Spencer Platt) |
Laporan itu juga menunjukkan bahwa nomor telepon yang ditemukan di buku telepon milik Abu Zubaydah, seorang agen al-Qaidah kelahiran Saudi, adalah nomor sebuah perusahaan di Colorado yang mengurus perumahan untuk Pangeran Bandar bin Sultan, mantan duta besar Saudi untuk Washington.
Kantor Direktur Intelijen Nasional menyatakan perjanjian untuk merilis dokumen ini bukan merupakan sebuah indikasi bahwa komunitas intelijen setuju atau sependapat dengan informasi yang terdapat dalam laporan tersebut.
Lembaga ini pada Jumat juga merilis hasil penyelidikan soal apakah Riyadh mendukung al-Qaidah sebelum atau sesudah serangan tersebut. Lembaga ini menduga pemerintah Saudi dan lembaga-lembaganya telah disusupi dan dimanfaatkan oleh sejumlah individu yang terkait dengan, bersimpati kepada, jaringan militan Osama bin Laden itu.
Beberapa anggota Kongres mengatakan mereka senang dokumen itu akhirnya dirilis. Adam Schiff, perwakilan Demokrat dalam panel intelijen, menyatakan perilisan ini akan meredam rumor keterkaitan Saudi.
"Komunitas Intelijen dan Komisi 9/11, yang diikuti oleh Penyelidikan Bersama yang tertuang dalam 28 halaman, menyelidiki dugaan yang mencuat ini namun tidak pernah bisa menemukan bukti yang cukup untuk mendukungnya," katanya.
Sementara, undang-undang yang akan memungkinkan keluarga korban 11 September korban untuk menuntut Arab Saudi, disahkan dengan suara bulat oleh Senat AS dan kini tengah dikaji di DPR, meski terdapat ancaman veto Presiden Barack Obama.
"Sementara dokumen ini tidak mencapai kesimpulan mengenai keterlibatan Saudi dalam serangan 9/11, laporan memberikan bukti yang lebih dari cukup untuk menimbulkan kekhawatiran yang serius [atas keterkaitan Saudi]," kata Richard Blumenthal, Senator dari Connecticut.
Sementara itu, keluarga korban 11 September menekankan mereka 'tidak akan berhenti mendorong adanya undang-undang.' "Kongres harus berdiri untuk kepentingan ribuan orang Amerika yang tidak bersalah yang kehilangan orang yang dicintai pada 9/11," kata satu kelompok keluarga korban dalam sebuah pernyataan.
Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest juga menegaskan kepada wartawan sebelum dokumen itu dirilis, bahwa dokumen itu menunjukkan tidak ada bukti keterlibatan Saudi atas insiden ini.
(ama)