Jakarta, CNN Indonesia -- Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, memperingatkan bahwa jika ia terpilih sebagai presiden maka ia mungkin akan mengabaikan jaminan pertahanan antara negara sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara, atau NATO, dan menghapuskan kesepakatan perdagangan bebas yang tertuang dalam Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, NAFTA.
Peringatan ini dilontarkan Trump kepada
New York Times, yang menanyai langkah apa yang akan dilakukannya, jika terpilih sebagai presiden, soal kemungkinan agresi Rusia ke negara-negara Baltik.
Trump menilai bahwa Washington akan membela anggota NATO lainnya, hanya jika mereka telah "memenuhi kewajiban mereka kepada kami."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga negara Baltik yang kini menjadi anggota NATO adalah Estonia, Latvia dan Lithuania. Seluruhnya merupakan negara pecahan Uni Soviet.
Sementara itu, manajer kampanye Trump, Paul Manafort, tidak membantah pernyataan Trump tersebut dan menyatakan mereka akan konsisten dengan keinginan Trump untuk memodernisasi sejumlah perjanjian internasional Amerika Serikat.
Pernyataan Trump ini tentu saja menuai beragam reaksi dari para pejabat keamanan nasional dan sejumlah pejabat Republik. Mereka menilai jika AS tak mengindahkan jaminan pertahanan bersama NATO, yang tertuang dalam Pasal 5 perjanjian itu, maka kebijakan luar negeri AS yang sudah berlangsung selama 66 tahun akan berubah. Hal ini juga mengancam aliansi militer AS dengan sekutunya.
Reaksi keras juga diluncurkan oleh juru kampanye untuk rival Trump dari Demokrat, Hillary Clinton, yang pernah menjabat sebagai mantan menteri luar negeri AS pada periode awal kepemimpinan Barack Obama.
"Trump tampaknya telah memutuskan bahwa Amerika tidak memiliki otoritas moral untuk memajukan kepentingan dan nilai-nilai kami di seluruh dunia," kata penasihat kebijakan luar negeri Clinton, Jake Sullivan, dikutip dari Reuters, Kamis (21/7).
Sementara, Pemimpin Mayoritas Senat Partai Republik Mitch McConnell menyatakan kepada
CNN bahwa ia benar-benar tidak setuju dengan komentar Trump soal NATO.
"Ini aliansi militer paling penting dalam sejarah dunia dan tetap relevan hingga saat ini. Banyak warga Amerika tidak tahu bahwa operasi militer di Afghanistan merupakan operasi NATO," kata McConnell.
"Saya ingin meyakinkan sekutu NATO kami bahwa kami akan datang untuk membela setiap anggota yang terancam," ujarnya.
Senator AS Lindsey Graham dari Carolina Selatan, yang sempat menjadi saingan Trump dalam nominasi capres dari Republik, menilai bahwa pernyataan Trump tersebut dapat membuat dunia menjadi lebih berbahaya, dan mengancam keamanan AS sendiri.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menegaskan ia tidak akan ikut campur dalam kampanye pemilu AS, namun menekankan bahwa solidaritas bersekutu adalah nilai kunci untuk NATO.
"[NATO] bagus untuk keamanan Eropa dan baik untuk keamanan AS. Amerika Serikat selalu mendukung sekutunya di Eropa," bunyi pernyataan dari Kepala NATO.
Sebelumnya, Trump dalam beberapa kesempatan menyatakan ia akan memaksa negara sekutunya untuk turut mendanai biaya pertahanan yang selama beberapa dekade ditanggung oleh Amerika Serikat.
Trump juga berjanji akan membatalkan perjanjian lama yang dia anggap tidak menguntungkan, dan mendefinisikan kembali apa artinya menjadi sekutu AS.
Biaya pertahanan negara-negara NATO belakangan ini mengalami peningkatan, khususnya untuk negara di Eropa dan Kanada. Pada 2016, Stoltenberg memperkirakan akan ada kenaikan biaya setidaknya tiga persen, menjadi US$8 miliar.
Trump juga mencerca kesepakatan perdagangan NAFTA dengan Kanada dan Meksiko, dan menuduh perjanjian ini sebagai 'pembunuh' lapangan pekerjaan di AS. Trump menyatakan kepada
New York Times bahwa ia siap menghentikan perjanjian itu jika dia tidak dapat menegosiasikan persyaratan yang lebih baik untuk AS.
NAFTA mulai berlaku pada 1994, masa pemerintahan Bill Clinton, suami dari rival Trump, Hillary Clinton.
(ama/den)