Duterte Serukan Gencatan Senjata dengan Kelompok Komunis

CNN | CNN Indonesia
Selasa, 26 Jul 2016 09:26 WIB
Presiden baru Filipina, Rodrigo Roa Duterte, menyerukan gencatan senjata dengan pemberontak komunis yang telah memberontak sejak 1968.
Presiden baru Filipina, Rodrigo Roa Duterte, menyerukan gencatan senjata dengan pemberontak komunis yang telah memberontak sejak 1968. (Reuters/Erik De Castro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden baru Filipina, Rodrigo Roa Duterte, menyerukan gencatan senjata dengan pemberontak komunis yang telah memberontak sejak 1968.

Seruan Duterte dalam pidato kenegaraan pertamanya itu datang menjelang dilanjutkannya perundingan damai dengan Partai Komunis Filipina (CPP), Partai Nasional Demokrat (NDF), dan Tentara Rakyat Baru (NPA) pada Agustus mendatang.

“Kepada CPP/NPA/NDF, mari kita akhiri serangan dan pertempuran selama berdekade ini. Kita tak menuju kemana pun. Dan ini menjadi makin berdarah setiap harinya,” kata Duterte, Senin (25/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga menyerukan “Saudara Muslim” untuk mengakhiri “perang dan kecurigaan selama berabad-abad”.

“Kita semua menginginkan perdamaian, bukan kedamaian bagi yang tewas, tetapi bagi yang hidup,” tambah Duterte.

Duterte sebelumnya memerintahkan semua instansi yang berada di bawahnya langsung untuk membuka catatan mereka kepada publik. Seruan ini diluncurkan Duterte sejalan dengan janjinya untuk menindak korupsi dan mempromosikan transparansi dalam pemerintahan.

Meski begitu, Duterte tak menyinggung krisis yang disebabkan oleh kelompok Abu Sayyaf, yang kerap menculik warga asing untuk mendapat tebusan.

Kelompok militan yang telah berbaiat dengan ISIS itu kini juga menyandera 10 warga negara Indonesia, beserta seorang warga negara Norwegia, seorang warga Belanda, dan lima warga Filipina.

Menurut pakar keamanan, Abu Sayyaf mendapat puluhan juta dolar dari penculikan untuk digunakan membeli senjata otomatis, peluncur granat, kapal cepat dan peralatan navigasi canggih. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER