Jakarta, CNN Indonesia -- Dua dari enam remaja aborigin yang disiksa dengan gas air mata oleh polisi saat berada di tahanan Australia dituntut balik oleh pemerintah wilayah Northern Territory atas tuduhan merusak penjara dalam upaya melarikan diri.
Dilaporkan
Reuters pada Kamis (28/7), dugaan penyiksaan terhadap remaja di tahanan merebak ketika rekaman penjara yang disiarkan oleh Australian Broadcasting Corp (ABC) pekan ini memperlihatkan sejumlah remaja ditelanjangi, ditutupi kepalanya, diikat ke kursi, dilempar ke sel dan ditahan di sel isolasi dalam jangka waktu lama.
Video itu direkam dari pusat penahanan remaja di dekat Darwin, Northern Territory periode 2010-2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah dokumen tuntutan Mahkamah Agung Northern Territory dari para remaja tersebut diajukan pada Juni dan tanpa mencantumkan nama para remaja. Dokumen itu merinci sejumlah aksi kekerasan yang dilakukan petugas penjara, termasuk pemukulan dengan tongkat dan penggunaan gas air mata.
Dokumen tersebut merupakan bagian dari gugatan yang diajukan oleh para tahanan terhadap Pusat Penahanan Remaja Don Dale dan para penjaganya, atas tuduhan berbagai pelanggaran yang diterima para tahanan.
Namun, menanggapi klaim tersebut, pemerintah Northern Territory pada 4 Juli lalu mengugat balik para remaja, dan menuntut ganti rugi sebesar AUS$160 ribu atau sekitar Rp1,5 miliar akibat kerusakan di penjara akibat upaya melarikan diri dua tahanan remaja.
Kedua remaja itu mencuri mobil lalu menggunakannya untuk menabrak pintu penjara. Pemerintah setempat kini tengah berupaya mendapatkan ganti rugi dari kerusakan itu.
Pengacara untuk kedua remaja yang mencoba melarikan diri, Jake Roper dan Dylan Voller, menolak berkomentar soal hal ini.
Usai tersiarnya aksi penyiksaan, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull memerintahkan penyelidikan soal perlakukan anak di pusat-pusat tahanan.
Sementara, pelapor khusus PBB soal penyiksaan, Juan Mendez, mengatakan kepada Radio Nasional Australia bahwa video itu menunjukkan penyiksaan telah terjadi dan menyambut upaya penyelidikan.
Menurutnya, penggunaan penutup kepala, pengikat dan gas air mata terhadap remaja aborigin di pusat detensi remaja di Australia, bisa jadi melanggar kesepakatan PBB soal batasan penyiksaan.
Menteri pemasyarakatan Northern Territory dipecat pada Selasa (26/7), hanya beberapa jam setelah rekaman itu tersiar. Penggunaan penutup kepala dan alat kekerasan terhadap remaja dan anak-anak juga dilarang semenjak itu.
Kasus ini menyoroti kekhawatiran soal banyaknya pemuda aborigin dalam tahanan. Para pemimpin adat menyerukan agar politisi dapat menangani masalah yang lebih luas soal penerimaan suku aborigin dalam masyarakat Australia.
Populasi warga aborigin kini hanya tiga persen dari keseluruhan populasi Australia. Namun, sebanyak 27 persen di antaranya berada dalam tahanan. Selain itu, 94 persen dari jumlah seluruh narapidana remaja di Northern Territory berasal dari suku aborigin.
Warga pribumi di Australia mencapai 700 ribu, dan berada dalam kelas sosial dan ekonomi terbawah dari 23 juta warga Australia.
(ama/stu)