Kisruh Tentara Islam, Trump Mengemis Dukungan dari Republik

Denny Armandhanu/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 02 Agu 2016 16:56 WIB
Donald Trump berusaha keras mengemis dukungan dari para anggota Partai Republik di tengah kisruh dirinya dengan orang tua tentara Islam yang gugur di Iraq.
Donald Trump berusaha keras mengemis dukungan dari para anggota Partai Republik di tengah kisruh dirinya dengan orang tua tentara Islam yang gugur di Iraq. (Reuters/Brian Snyder)
Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump berusaha keras mengemis dukungan dari para anggota Partai Republik di tengah kisruh dirinya dengan orang tua tentara Islam yang gugur di Iraq. Bahkan, kebanyakan anggota Republik menentang Trump dalam hal ini.

Diberitakan Reuters, Selasa (2/8), salah satu pejabat di kubu Trump, Rob Wasinger, mengirimkan surat elektronik kepada para anggota Senat senior, mengatakan, "Kami ingin beberapa anggota mengeluarkan pernyataan hari ini soal hal tersebut, dan kami sangat menghargai bantuan Anda."

Surat yang sama disampaikan kepada para anggota Partai Republik di Kongres Amerika. Namun permintaan dukungan itu tidak membuahkan hasil, tidak ada satu pun anggota Partai Republik yang mendukung Trump.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisruh ini bermula saat Khizr Khan berpidato bersama istrinya, Ghazala Khan, di konvensi Partai Demokrat pekan lalu. Mereka mengecam sikap anti-Islam Trump, salah satunya larangan Muslim masuk AS.

Padahal menurut mereka, Muslim sama-sama berjuang dalam membela AS. Putra mereka, Humayun Khan, tewas terbunuh dalam bom bunuh diri di Irak.

Komentar balasan dari Trump malah justru memicu kontroversi. Trump mengatakan bahwa dia telah membuat pengorbanan yang sama besar dengan kapten Humayun Khan, tentara AS yang tewas dalam insiden bom bunuh diri di Irak.

Trump, dalam wawancara dengan ABC pada Minggu kemarin juga mempertanyakan mengapa Ghazala hanya diam berdiri di samping suaminya, Khizr Khan, saat berpidato dalam konvensi nasional Demokrat tersebut. Trump mengimplikasikan bahwa Ghazala kemungkinan “tak diizinkan” berbicara.

Menurut Senator Republik yang dikutip Reuters, kebanyakan mereka sependapat dengan Pemimpin Mayoritas di Senat, Mitch McConnel, yang menyebut Kapten Khan sebagai "pahlawan Amerika" dan menyebut "larangan berkunjung bagi umat beragama bertentangan dengan nilai-nilai Amerika."

Penentangan yang sama datang dari Senator Republik John McCain, seorang mantan tahanan perang dan tokoh veteran paling berpengaruh di Kongres. McCain mengkritik pernyataan Trump soal veteran.

"Walau partai kami mengangkat dia sebagai calon presiden, namun tidak berarti dia punya izin untuk mencemarkan nama baik orang-orang terbaik di antara kami," kata McCain yang pernah dipenjara selama lima tahun selama Perang Vietnam.

Komandan asosiasi veteran AS, Veterans of Foreign Wars (VFW), yang beranggotakan 1,7 juta orang juga mengatakan bahwa Trump sudah kelewatan.

"Masa pemilu atau tidak, VFW tidak menoleransi siapapun yang mencaci keluarga Bintang Emas karena menyampaikan hak-haknya dalam kebebasan berbicara," kata Brian Duffy.

Kendati banyak yang menentang, sumber Republik yang dikutip Reuters mengatakan, hal ini tidak berarti dukungan mereka untuk Trump sebagai presiden AS ditarik kembali. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER