Jakarta, CNN Indonesia -- Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, mengklaim bahwa terdapat kemungkinan pemilu presiden AS yang akan digelar pada 8 November mendatang dapat dimanipulasi. Pernyataan ini dinilai sebagai salah satu upaya untuk mengalihkan perhatian publik terkait komentarnya kontroversialnya soal keluarga tentara Muslim AS yang tewas di Irak.
Dalam kampanyenya di balai kota di Columbus, Ohio, Senin (1/8), Trump menyatakan ia khawatir pilpres yang diikutinya akan "dicurangi." Pernyataan semacam ini belum pernah dilontarkan sebelumnya oleh seorang calon presiden AS sepanjang sejarah.
"Saya takut pemilu akan dicurangi, sejujurnya," katanya di hadapan para pendukungnya, Senin (1/8), dikutip dari
The Guardian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump tidak menjelaskan lebih lanjut pernyataan tersebut, namun kalimat serupa kembali dilontarkannya dalam wawancara dengan
Fox News di hari yang sama.
"8 November, kita sebaiknya berhati-hati, karena pemilu ini akan dimanipulasi. Dan saya berharap simpatisan Republik mengawasi [pemilu] dari dekat, atau kita akan dicurangi," ujar Trump.
Komentar Trump ini kemudian dilanjutkan oleh Roger Stone, salah satu simpatisan terbesar Trump, dalam wawancaranya dengan radio sayap kanan.
"Saya pikir ada penipuan dalam pemilih secara luas, namun, hal pertama yang perlu dilakukan Trump adalah dengan mengangkat isu ini terus-menerus," ujarnya.
Stone kemudian memaparkan strategi untuk Trump agar terhindar dari kecurangan pada pilpres. "Dia harus menjadi contoh. Misal, dengan menyatakan, 'Saya memimpin di Florida, semua hasil jajak pendapat menunjukkan hal itu'. Dengan demikian, jika kami kalah di Florida, maka kami akan tahu kami dicurangi di sana," tutur Stone.
"Jika ada kecurangan, maka pemilu ini tidak sah, pemenang pemilu juga tak akan sah, dan kita kan menghadapi krisis konstitusional, pembangkangan sipil, dan pemerintah tak akan lagi menjadi pemerintah," kata Stone.
Stone juga yakin akan ada "pertumpahan darah jika Demokrat berupaya mencurangi pemilu."
Selain mengindikasikan akan terjadi kecurangan dalam pemilu, dalam kampanyenya di Mechanicsburg, Pennsylvania, Trump juga menyebut bahwa rivalnya dari Demokrat, Hillary Clinton, bagaikan seorang iblis.
Trump mengkritisi dukungan yang diberikan Senator Vermont, Bernie Sanders, kepada Clinton, dan menyebutnya telah mendukung iblis. "Dia membuat kesepakatan dengan iblis. Dia [Clinton] iblis," tuturnya.
Pada kampanyenya di Colorado, Jumat (29/8), Trump juga menyebut, "Bernie gagal. Ia menjual jiwanya kepada iblis."
Sepekan terakhir, Trump menerima gelombang kritikan, mulai dari John McCain, Barack Obama, hingga para Veteran Perang Asing, karena telah mengkambinghitamkan orang tua seorang tentara Muslim yang tewas di Irak.
Dalam wawancara dengan
ABC, Minggu (31/7), Trump mempertanyakan mengapa Ghazala Khan, ibu dari seorang tentara angkatan darat, Humayun Khan, hanya diam berdiri di samping suaminya, Khizr Khan, saat berpidato dalam konvensi nasional Demokrat di Philadelphia pekan lalu. Trump mengimplikasikan bahwa Ghazala kemungkinan “tak diizinkan” berbicara.
Komentarnya ini sontak memicu kecaman. Menanggapinya, Trump menyebut bahwa dia telah membuat pengorbanan yang sama besar dengan kapten Humayun Khan, tentara AS yang tewas dalam insiden bom bunuh diri di Irak.
Menambah panjang daftar kontroversi terkait dirinya, Trump kembali menegaskan dukungannya atas pemberlakuan metode
waterboarding terhadap terduga teroris.
"Mereka dapat memenggal kepala, mereka dapat menenggelamkan orang, atau menguburmu di pasir, namun kita tidak bisa menerapkan
waterboarding," katanya, disambut sorak-sorai para pendukungnya.
Trump kerap kali melontarkan kalimat kontroversial di tengah kecaman publik terhadap dirinya. Namun alih-alih meminta maaf, Trump justru terus meluncurkan berbagai komentar kontroversial lainnya, sebagai upaya pengalihan pemberitaan dan perhatian publik terhadap berbagai komentarnya sebelumnya.
(ama/stu)