Kepala Polisi Filipina Minta Pemakai Bunuh Pengedar Narkoba

Amanda Puspita Sari/AFP | CNN Indonesia
Jumat, 26 Agu 2016 13:32 WIB
Seruan itu disampaikan Kepala Polisi Filipina di hadapan ratusan pengguna narkoba yang telah menyerah ke polisi karena takut ditembak mati.
Seruan itu disampaikan Kepala Polisi Filipina di hadapan ratusan pengguna narkoba yang telah menyerah ke polisi karena takut ditembak mati. (Dondi Tawatao/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala polisi Filipina meminta para pengguna narkoba untuk membunuh dan membakar rumah pengedar narkoba langganan mereka. Langkah kontroversial ini merupakan upaya terbaru dalam perang melawan narkoba yang diserukan Presiden Rodrigo Duterte sejak ia menjabat awal Juli lalu.

"Mengapa Anda tidak mengunjungi mereka, tuangkan bensin di rumah mereka dan membakarnya untuk menunjukkan kemarahan Anda," kata Kepala Polisi Filipina Ronald dela Rosa dalam pidato yang disiarkan di televisi nasional pada Jumat (26/8).

"Mereka semua menikmati uang Anda, uang yang menghancurkan otak Anda. Anda tahu siapa saja bandar narkoba itu. Apakah kau ingin membunuh mereka? Silakan. Membunuh mereka diperbolehkan karena Anda menjadi korban," ujarnya, dikutip dari AFP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pidato itu disampaikan Dela Rosa pada Kamis (25/8) di hadapan ratusan pengguna narkoba di Filipina tengah yang telah menyerah ke polisi karena takut ditembak mati oleh penembak tak dikenal. Praktik pembunuhan di luar hukum yang diperbolehkan Duterte atas nama pemberantasan narkoba ini telah merenggut 2.000 nyawa hingga pekan ini.

Ketika ditanya apakah Duterte mendukung seruan Dela Rosa untuk membunuh dan membakar rumah terduga pengedar narkoba, juru bicara kepresidenan Ernesto Abella membantah hal ini dan menyatakan bahwa itu bukanlah maksud sesungguhnya dari sang kepala polisi.

"Tidak ada seruan semacam. Ini hanya pernyataan yang berapi-api," kata Abella pada Jumat, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Seruan Dela Rosa tersebut menyusul seruan serupa dari Duterte yang memicu kecaman dari PBB dan kelompok hak asasi manusia. Pemimpin berusia 71 tahun ini memperbolehkan polisi dan warga sipil untuk menembak langsung terduga pemakai atau pengedar narkoba, tanpa proses pengadilan lebih lanjut.

Polisi menyatakan hampir 700 ribu pengguna dan pengedar narkoba di Filipina menyerahkan diri karena takut ditembak. Ratusan politisi dan pejabat yang disebut terkait dengan narkoba juga menyerahkan diri.

Namun di sisi lain, hampir 2.000 orang yang belum didakwa secara resmi atau menjalani proses pengadilan tewas akibat ulah penembak misterius. Salah satu korban adalah Danica May, bocah perempuan berusia lima tahun. Kakek May, Maximo Garcia, diduga pengedar narkoba meski belum ada bukti terhadap tuduhan itu.

Sejak ia menjabat pada 30 Juni lalu, Duterte berjanji akan memberantas praktik penggunaan dan perdagangan narkotika dalam enam bulan. "Jika Anda mengetahui salah satu pecandu narkoba, pergi ke depan dan bunuh mereka, karena melihat orangtua mereka yang melakukannya, terlalu menyakitkan."

Hanya beberapa hari sejak ia menjabat, Duterte juga menjanjikan hadiah besar bagi pejabat keamanan yang dapat mengungkap sindikat perdagangan narkoba.

Pelapor Khusus PBB urusan Pembunuhan di Luar Hukum, Agnes Callamard, menyatakan seruan Duterte itu seperti "berujung pada hasutan untuk melakukan kekerasan dan pembunuhan, kejahatan di bawah hukum internasional." Namun, Dela Rosa dan Duterte bersikeras langkah mereka sudah tepat dan sesuai dengan koridor hukum.

Pekan ini, Dela Rosa menyatakan kepada Senat bahwa jumlah terduga pemakai dan pengedar narkoba yang tewas dalam aksi penembakan mencapai 1.946 orang. Sebanyak 756 di antaranya tewas dalam baku tembak dengan polisi.

Dela Rosa juga mengungkapkan terdapat 1.190 pembunuhan lainnya yang tengah diselidiki, namun diduga terkait dengan pembunuhan antar geng narkoba. "Saya akui banyak yang mati, tapi kampanye kami sekarang memiliki momentum," katanya di hadapan anggota Senat. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER