Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, mengakui bahwa ia pernah mengagumi kelompok Abu Sayyaf ketika masih berjuang mencapai tujuan mereka, terutama bagi rakyat Bangsamoro.
Namun, ia kehilangan kepercayaannya kepada kelompok militan tersebut ketika mereka mulai membunuh orang-orang, termasuk memenggal para korban di depan kamera.
"Kalian mengorbankan manusia layaknya ayam," ujar Duterte ketika sedang membahas kasus pemenggalan salah satu sandera Filipina yang masih berusia 18 tahun, Patrick Almodovar.
Diculik di Jolo pada 16 Juli, Almodovar akhirnya dieksekusi pada Rabu pekan lalu karena keluarganya tak membayar uang tebusan sebesar satu juta peso Filipina atau setara Rp285,5 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Duterte, kini Abu Sayyaf tidak lagi berhaluan pada dasar tujuan kelompok mereka untuk berjuang bagi rakyat Bangsamoro.
Wilayah Filipina Selatan selama ini terus bergejolak dengan menjamurnya beberapa kelompok separatis Islam yang ingin mendirikan pemerintahan sendiri.
Karena Duterte kini sudah kehilangan kepercayaannya, ia akhirnya memerintahkan militer untuk "menghancurkan mereka karena mereka adalah pelaku kriminal."
Duterte mengatakan bahwa kini, tak ada gunanya lagi berbicara dengan Abu Sayyaf karena "tidak pernah akan ada perdamaian di daerah tersebut bahkan jika kami memberikan mereka otonomi."
"Bunuh mereka. Hancurkan mereka," ucap Duterte kepada kepolisian dan militer Filipina seperti dikutip
The Inquirer.
Filipina, kata Duterte, sekarang sudah memiliki segala sumber daya untuk membinasakan Abu Sayyaf dalam waktu beberapa pekan.
Komando Mindanao di Filipina pun dikabarkan berhasil menewaskan 11 militan Abu Sayyaf pada Jumat lalu.
Juru bicara Komando Mindanao, Filemon Tan, mengatakan bahwa dalam baku tembak selama 45 menit tersebut, puluhan militan Abu Sayyaf lain juga terluka.
Tan juga mengungkapkan ada 17 anggota komando terluka ketika menghadapi sekitar 100 militan Abu Sayyaf yang menahan 20 sandera, termasuk delapan warga negara Indonesia, lima orang Malaysia, seorang Norwegia, dan satu warga Belanda.
"Misinya jelas. Temukan dan hancurkan Abu Sayyaf. Artinya, itu adalah yang kami lakukan dan kami tidak akan berhenti sampai semuanya selesai," kata Tan seperti dilansir
Reuters.
Sepanjang tahun ini, dua orang Kanada sudah dieksekusi, sementara 16 WNI bebas dengan dua orang berhasil kabur beberapa pekan lalu.
(stu/stu)