Jakarta, CNN Indonesia -- Ayah dari Aylan Kurdi, pengungsi anak Suriah yang ditemukan tewas di pantai Turki mengecam kegagalan dunia untuk menghentikan pertumpahan darah di negaranya.
Aylan Kurdi merupakan bocah berusia tiga tahun yang ditemukan tewas di Pantai Bodrum, Turki, saat ia dan keluarganya berupaya melarikan diri dari perang di Suriah. Foto jasad Aylan sempat menjadi viral dan diperbincangkan di berbagai forum, termasuk di KTT G20 di Ankara tahun lalu.
Foto itu memperlihatkan seorang bocah, dengan kaos merah dan celana pendek biru, tergeletak tak bernyawa dengan wajah bertelungkup mencium pasir tepat di pinggir pantai di kawasan resor kota Bodrum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para politisi menyatakan, setelah kematian keluarga saya, bahwa [insiden ini] tidak akan pernah terjadi lagi!" kata Abdullah Kurdi yang mengaku masih berduka atas kematian sejumlah anggota keluarganya tepat setahun yang lalu, Kamis (1/9).
"Semua orang mengklaim mereka ingin melakukan sesuatu karena foto itu menyentuh mereka dengan sangat mendalam. Tapi apa yang terjadi sekarang? Warga masih sekarat dan tidak ada yang melakukan sesuatu soal itu," ujarnya kepada media Jerman,
Bild, dikutip dari
AFP.
Abdullah tak hanya kehilangan Aylan. Pria berusia 41 tahun ini juga kehilangan istrinya, Rehab, 35, dan putranya yang lain, Galip, yang baru berusia 5 tahun.
Foto jasad Aylan Kurdi menjadi gambaran perjalanan penuh bahaya yang harus ditempuh para imigran demi terhindar dari konflik bersenjata di negara asal dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Abullah, yang berasal dari masyarakat Kurdi Suriah, menyatakan kepada Bild bahwa ia merasa foto jasad anaknya harus diterbitkan di seluruh dunia.
"Hal semacam ini harus ditunjukkan agar publik memahami yang sebenarnya terjadi. Namun pada akhirnya, foto ini tidak banyak mengubah situasi. Horor di Suriah harus berhenti," ujarnya.
Abdullah kini tinggal seorang diri di sebuah apartemen di Erbil, ibu kota wilayah otonomi Kurdi di Irak utara. Kawasan perumahannya dijaga oleh pasukan Peshmerga.
Ia masih menyimpan berbagai mainan putranya dalam sebuah lemari di ruang tamu. Dalam laporan
Bild, disebutkan bahwa Abdullah tak berhenti merokok ketika diwanwancarai, kecuali di suatu momen ketika ia tak dapat membendung air matanya mengingat tragedi setahun lalu.
"Sekarang saya mungkin dalam kondisi yang paling aman selama hidup saya. Tapi semua ini untuk apa?" tuturnya.
(ama)