Jakarta, CNN Indonesia -- Para anggota ISIS menempuh perjalanan panjang dari Suriah menuju negara-negara Eropa untuk melakukan serangan. Perjalanan penuh lika-liku, namun matang terencana, dengan berbagai cara termasuk melebur bersama para pengungsi.
Hal ini terungkap dalam dokumen penyelidikan aparat di Perancis usai serangan November 2015 lalu yang menewaskan 130 orang. Dalam dokumen 90 ribu halaman yang diperoleh eksklusif oleh
CNN tersebut memuat rencana penyerangan ISIS yang lebih luas, tidak hanya di Perancis.
Dalam hasil penyelidikan dan interogasi tersangka, diketahui ISIS juga akan menyerang Belanda setelah Paris. Rencana serangan di Paris juga lebih besar, termasuk di wilayah perbelanjaan dan supermarket.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operasi ini terbongkar usai tertangkapnya dua orang calon penyerang ISIS, yaitu Adel Haddadi warga Aljazair dan Muhammad Usman dari Pakistan. Dari interogasi dengan Usman, penyidik mengetahui jalur perjalanan mereka dari Suriah, rencana serangan di masa depan dan cara simpatisan ISIS berkomunikasi.
Usman dan Haddadi diketahui adalah mantan militan Taliban Pakistan yang piawai membuat bom. Keduanya satu kelompok dengan Ahmad al-Mohammad dan Mohamad al-Mahmod yang meledakkan diri di luar stadion Paris. Kelompok ini menyerang Suriah melalui Turki awal Oktober lalu.
Keempat orang ini tidak saling mengenal dan belum tahu apa misi mereka. Haddadi saat ini hanya tahu bahwa mereka dikirim ke Perancis untuk "melakukan kebaikan untuk Tuhan."
Dokumen penyidik menunjukkan bahwa mereka berhubungan dengan seseorang bernama Abu Ahmad, salah satu pemimpin ISIS di Suriah. Menggunakan telepon genggam dan aplikasi percakapan terenskripsi, mereka berkomunikasi dengan Abu Ahmad soal transportasi, perlintasan perbatasan, dan cara mendapat uang.
Menurut Jean-Charles Brisard, presiden dan ketua Pusat Analisa Terorisme Perancis, Abu Ahmad adalah tokoh sentral yang merekrut dan melatih keempat orang tersebut. Abu Ahmad juga yang menentukan tugas mereka selanjutnya.
Keempat orang ini mendapatkan uang yang hanya cukup untuk pemberhentian selanjutnya, lalu mendapatkannya lagi dari penghubung Abu Ahmad. Mereka menyamar dalam ribuan pengungsi yang kabur dari Suriah, berlayar dari Turki ke Yunani menuju Perancis.
Jalur yang mereka lalui mulai dari Raqqa, yang diklaim ISIS sebagai ibu kota mereka di Suriah, lalu ke Aleppo, Izmir di Turki, hingga Leros di Yunani.
Haddadi dan Usman seharusnya turut dalam pengeboman di Paris, namun keduanya tertahan di Yunani setelah paspor mereka ketahuan palsu. Di negara ini, mereka dipenjara selama hampir satu bulan.
Mereka dibebaskan pada akhir Oktober 2015 lalu menghubungi Abu Ahmad. Keduanya kemudian mendapatkan 2.000 euro untuk melanjutkan perjalanan.
Mereka ditangkap di Salzburg, Austria, sehari setelah serangan di Paris. Penyidik Eropa menyimpulkan keduanya merupakan bagian dari jaringan penyerang Paris, namun gagal tiba di kota itu saat serangan dilakukan.
Penyidik juga menemukan bahwa ada orang ketiga yang seharusnya bergabung dengan Haddadi dan Usman, yaitu Abid Tabaouni.
Tabaouni ditangkap di Brussels atas tuduhan tersangka teroris. Mereka dideportasi ke Paris untuk diadili atas dakwaan terorisme. Dari telepon genggam mereka ditemukan banyak kontak yang diduga anggota ISIS.
Beberapa sumber
CNN memperkirakan masih banyak lagi orang-orang seperti Haddadi dan Usman di Eropa, masuk sebagai pengungsi dan menunggu perintah untuk menyerang.
"Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa dari mereka, individu yang melakukan serangan tunggal, datang dari Suriah menggunakan rute yang sama," kata Brisard.
"Sebagai tambahan, beberapa jihadis ditahan di seluruh Perancis, Belgia dan Jerman, yang datang dengan rute dan tujuan yang sama," lanjut dia.
(ama)