JK Tak Yakin Duterte Bicarakan Grasi Mary Jane dengan Jokowi

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Jumat, 09 Sep 2016 16:11 WIB
Presiden Filipina Duterte dikenal keras dalam isu narkoba di negaranya, karena itu permohonan penyelamatan Mary Jane akan berlawanan dengan misinya.
Jokowi dan Duterte ketika mengunjungi Pasar Tanah Abang sebelum menuju Istana Negara. (Reuters/Beawiharta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kedatangan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ke Indonesia disebut membawa misi untuk menyelamatkan salah satu warga negara Filipina, Mary Jane Veloso, yang telah divonis hukuman mati karena terbukti membawa narkoba ke wilayah Indonesia. Namun Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla menganggap hal itu kurang relevan.

Jusuf Kalla mengungkapkan bahwa Duterte terkenal tidak segan menembak mati orang-orang yang terbukti bermain dengan barang haram tersebut. Karena itu, menurutnya, jika memang Duterte menyisipkan misi penyelamatan Mary Jane, akan sangat bertentangan dengan tindakannya di Filipina.

"Beliau ini di negerinya terkenal karena menembak ribuan orang yang terlibat narkoba, jadi kalau jauh-jauh ke sini untuk membela satu orang yang sudah terbukti agak berlawanan dengan sifat beliau," ujar Jusuf Kalla saat ditemui di Kantor Wakil Presiden, Jumat (9/9).
Dengan reputasi seperti itu, kata JK, akan sangat dilematis jika ternyata benar Duterte membicarakan masalah pembebasan Mary Jane dengan Jokowi. Namun karena tak ikut dalam pertemuan itu Jusuf Kalla mengaku tak bisa berkomentar lebih jauh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi kita tunggu saja apa yang dibicarakan," ujar dia.

Mary Jane Veloso ditangkap kepolisian Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta, pada 25 April 2010 setelah kedapatan mencoba menyelundupkan 2,6 kilogram heroin. Kemudian, pada Oktober, perempuan asal Bulacan ini divonis mati oleh Pengadilan Negeri Sleman dengan dakwaan melanggar Pasal 114 ayat 2 UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Mary Jane mengaku hanya diperalat untuk membawa barang haram tersebut. Dia berada dalam barisan tereksekusi mati April 2015 di Nusakambangan saat hukuman mati terhadap dirinya ditunda setelah muncul perkembangan terbaru terkait kasus ini di Filipina.
Dikutip dari Inquirer, Kamis (8/9), Duterte mengatakan akan meminta pengampunan langsung kepada Jokowi "dengan cara paling terhormat dan sopan" demi menyelamatkan warganya. Veloso yang divonis mati atas kasus narkotika selamat di detik-detik terakhir eksekusi di Nusakambangan akhir April lalu, setelah ditemukan fakta baru dalam kasusnya.

“Bersalah atau tidak, dia terikat pertanggungjawaban hukum, jadi saya hanya menerima sistem dan memohon pengampunan. Tapi jika Presiden Widodo menolaknya, saya tetap bersyukur dia [Veloso] telah diperlakukan dengan baik," ujar Duterte.

Duterte mengaku tidak ragu dengan sistem pengadilan di Indonesia karena dia telah mempelajarinya sendiri. Dia bahkan mengatakan Filipina harus menghormati hukum negara lain.

Jika Duterte berada di posisi Jokowi, dia juga mengaku akan sulit untuk menjawabnya permohonan ampun dari kepala negara lain. "Saya tidak tahu seperti apa dan bagaimana akan menjawabnya," kata Duterte. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER