Duterte Dituduh Membunuh Staf Kementerian Kehakiman

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 15 Sep 2016 17:30 WIB
Presiden Duterte dituduh pernah membunuh seorang karyawan Kementerian Kehakiman dan memerintahkan pembunuhan musuh politik lainnya.
Parlemen Filipina sedang menyelidiki tudingan pembunuhan di luar hukum dalam kampanye anti-narkoba gagasan Duterte yang sudah menewaskan 3.140 orang sejak pelantikan presiden. (Reuters/Lean Daval)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, diklaim pernah membunuh seorang karyawan Kementerian Kehakiman dan memerintahkan pembunuhan musuh politik lainnya.

Hal ini dibongkar oleh seorang mantan anggota regu tembak, Edgar Matobato, pada Kamis (15/9) di hadapan Senat. Parlemen Filipina sedang menyelidiki tudingan pembunuhan di luar hukum dalam kampanye anti-narkoba gagasan Duterte yang sudah menewaskan 3.140 orang sejak pelantikan presiden.

Matobato menuturkan bahwa selama dua dekade Duterte menjabat sebagai Wali Kota Davao, dia dan sekelompok polisi dan mantan pemberontak Komunis telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk salah satunya dimakan hidup-hidup oleh buaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melanjutkan ceritanya, Matobato mengatakan bahwa pada 1993, ia dan anggota regu tembak lainnya sedang menjalankan satu misi. Ketika mereka mendekati lokasi, kendaraan agen Badan Investigasi Nasional dari Kementerian Kehakiman menghalangi jalan.

Konfrontasi pun tak terhindarkan hingga terjadi baku tembak. Duterte, yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Davao, tiba di lokasi kejadian.

"Wali Kota Duterte yang menghabisi nyawanya. Jamisola [petugas Kementerian Kehakiman tersebut] masih hidup ketika dia [Duterte] tiba. Dia menghabiskan dua magasin untuk menembaknya," tutur Matobato, seperti dikutip AFP.

Matobato mengaku membunuh pelaku kriminal dan musuh pribadi atau keluarga Duterte sudah menjadi kegiatan sehari-harinya sejak 1988 hingga 2013.

Kebanyakan korban biasanya diculik oleh kelompok Matobato yang sebelumnya memperkenalkan diri sebagai polisi. Para korban kemudian dibawa ke lahan kuburan, di mana mereka dibunuh dengan cara sadis, seperti dibakar atau dimutilasi, kemudian langsung dimasukkan ke liang lahat.

"Pekerjaan kami adalah membunuh pelaku kriminal, pemerkosa, maling. Itu pekerjaan kami. Kami membunuh orang hampir setiap hari," katanya.

Beberapa korban lain dikosongkan terlebih dahulu isi perutnya sebelum jasadnya dibuang ke laut untuk dimakan ikan. Sejumlah lainnya dibiarkan tergeletak di jalan Davao dan tangannya diatur agar terlihat seperti memegang pistol.

Menanggapi pengakuan ini, juru bicara Duterte, Martin Andanar, mengatakan bahwa tuduhan itu sudah diselidiki tanpa ada tuntutan lain yang diajukan setelahnya.

"Saya pikir dia tidak mungkin menginstruksikan langsung seperti itu. Komisi Hak Asasi Manusia juga sudah menyelidikinya sejak lama dan tidak ada tuntutan yang diajukan," ucap Andanar.

Sementara itu, seorang juru bicara lain untuk Duterte, Ernesto Abella, menegaskan bahwa tudingan itu perlu diperiksa lagi lebih lanjut.

Wakil Wali Kota Davao yang juga merupakan putra Duterte, Paolo Duterte, pun mengatakan bahwa pengakuan dari Matobato ini "hanya kabar angin" dari "orang gila."

"Saya tidak akan menghargai jawaban dari tuduhan orang gila," katanya.

Matobato sendiri sekarang sedang berada dalam program perlindungan saksi. Menurut Kepala Komisi HAM Filipina, Leila de Lima, Matobato menyerahkan diri pada 2009.

Ketika ditanya alasannya meninggalkan pekerjaan lamanya tersebut, Matobato menjawab, "Saya terganggu dengan hati nurani saya." (stu/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER