Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Norwegia bersikeras bahwa warga negara mereka yang disandera oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina, Kjartan Sekkingstad, berhasil dibebaskan tanpa tebusan. Namun menurut seorang analis senior, Abu Sayyaf tidak akan pernah membebaskan sandera tanpa tebusan.
Analis senior dari Institut Riset untuk Terorisme, Kekerasan, dan Perdamaian Filipina tersebut, Rodolfo Mendoza, pun mengatakan bahwa ada sejumlah uang yang dibayarkan kepada Abu Sayyaf dalam prosesi pembebasan di daerah pinggiran selatan Filipina pada Sabtu (17/9).
Mendoza membeberkan bahwa jumlah yang diberikan memang tak sebanyak tuntutan awal Abu Sayyaf. Dari tuntutan awal jutaan dolar, Sekkingstad akhirnya dibebaskan dengan uang tebusan ribuan dolar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada pembayaran tebusan yang dinegosiasikan oleh perantara keluarga dengan bantuan diplomatik. Informasi yang saya dapatkan 30 juta peso [setara Rp8,2 miliar] dibayarkan. Penyanderaan merupakan cara penggalangan dana Abu Sayyaf," ujar Mendoza seperti dikutip
AFP.
Saudara Sekkingstad, Odd Kare Sekkingstad, bungkam ketika ditanya AFP mengenai kabar terkait tebusan ini.
Sekkingstand diculik Abu Sayyaf dari sebuah resor hotel pada September 2015 lalu bersama dengan seorang warga Filipina dan dua orang Kanada yang sudah dipenggal pada April dan Juni lalu.
Otoritas Filipina mengatakan, Sekkingstad dibebaskan dalam gempuran militer yang diperintahkan oleh Presiden Rodrigo Duterte, dibantu negosiasi dari kelompok separatis Islam lainnya.
Namun, Duterte sendiri pada bulan lalu sudah mengatakan bahwa uang sejumlah 50 juta peso atau setara Rp13,7 miliar sudah dibayarkan.
"Warga Norwegia itu sudah ditebus. Saya tidak tahu [asal uangnya]. Mungkin bank saya," ujar Duterte sambil berkelakar pada bulan lalu.
Seorang ahli keamanan dari National War College, Zachary Abuza, juga yakin pasti ada tebusan yang dibayarkan.
"[Abu Sayyaf] tidak mungkin membebaskan hanya karena kebaikan hati mereka. Pemerintah tentu akan menolak pembayaran tebusan karena akan memicu penculikan lainnya. Namun, pemerintah akan menggunakan pihak ketiga," katanya.
Menurut Abuza, uang tebusan itu akan memudahkan Abu Sayyaf untuk membeli senjata lebih banyak melalui pasar gelap.
Sekkingstad sendiri dibebaskan bersama tiga WNI yang juga disandera oleh Abu Sayyaf, yaitu Lorens Lagadoni Koten (34), Teodorus Kopong Koten (42), dan Emanuel Arakian Maran (46).
Ketiga pria itu berasal dari Nusa Tenggara Timur. Mereka adalah anak buah kapal pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Len, yang diculik di perairan Lahad Datu, Malaysia, Juli lalu.
Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Ryamizard Ryacudu, memastikan bahwa pemerintah tidak membayarkan tebusan kepada Abu Sayyaf.
Kini, masih ada enam WNI yang disandera Abu Sayyaf. Saat ini, angkatan bersenjata Filipina terus meningkatkan pengerahan pasukan dalam operasi di Pulau Jolo untuk membebaskan para sandera.
Abu Sayyaf merupakan salah satu kelompok militan paling berbahaya di Filipina yang terbentuk pada 1990-an dengan jaringan finansial hingga Al-Qaidah pimpinan Osama bin Laden. Kini, beberapa pimpinan Abu Sayyaf sudah bersumpah setia kepada ISIS.
(stu/stu)