Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump berjanji akan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tak terpisahkan jika ia terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Trump Tower pada Minggu (25/9), sehari sebelum debat pertama calon presiden AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
"Trump mengakui bahwa Yerusalem sudah menjadi ibu kota abadi bagi masyarakat Yahudi selama lebih dari 3000 tahun, dan bahwa Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Trump, akan menerima mandat Kongres untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota tak terpisahkan dari Israel," demikian kutipan dari tim kampanye Trump seperti dilansir
AFP, Senin (26/9).
Israel menduduki setengah bagian Yerusalem dalam perang dengan Arab tahun 1967 kemudian mencaploknya pada 1980. Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu kota abadinya. Sementara itu, Palestina yang sedang berjuang mendapat pengakuan dunia sebagai sebuah negara, juga menginginkan Yerusalem sebagai ibu kota mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AS dan sebagain besar negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tak mengakui pencaplokan itu. Mereka menganggap status akhir Yerusalem merupakan masalah kunci untuk menyelesaikan negosiasi damai dengan Palestina.
Pada Oktober 1995, Kongres AS meloloskan hukum untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan mengesahkan pendanaan pemindahan kantor kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. Namun hingga saat ini, tak ada satu pun presiden AS yang menerapkan hukum itu.
Sementara itu, kantor Netanyahu sendiri sama sekali tak menyinggung janji Trump mengenai Yerusalem saat merilis pernyataan terkait pertemuan ini.
"Perdana Menteri Netanyahu dengan Trump membahas masalah terkait keamanan Israel dan upayanya untuk mencapai stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah," tulis kantor Netanyahu.
Kantor Netanyahu lantas menanggapi pernyataan Trump yang mengatakan bahwa AS akan menyiapkan "kerja sama strategis, teknologi, dan militer yang luar biasa" jika terpilih kelak.
"Trump mengakui Israel sebagai rekan vital bagi AS dalam perang global melawan terorisme Islam radikal. Mereka berdiskusi panjang mengenai perjanjian nuklir dengan Iran, perang melawan ISIS dan banyak masalah keamanan kawasan lainnya," tulis kantor Netanyahu.
Selain itu, tim kampanye Trump juga menyebutkan bahwa keduanya membahas pengalaman Israel saat membangun tembok keamanan di sepanjang perbatasan Tepi Barat.
Dalam kampanye sebelumnya, Trump berencana membangun tembok pemisah di sepanjang perbatasan dengan Meksiko untuk mencegah masuknya imigran ilegal.
Selain Trump, Netanyahu juga bertemu dengan capres dari Partai Demokrat, Hillary Clinton. Dalam kesempatan tersebut, Clinton menyatakan dukungan penuh terhadap bantuan besar-besaran AS untuk militer Israel seperti yang telah disepakati oleh pemerintahan Barack Obama.
Mengenai masalah dengan Palestina, Clinton menyatakan dukungan terhadap solusi dua negara yang harus dibicarakan secara baik oleh kedua belah pihak.
"[Clinton akan memastikan] masa depan Israel sebagai negara Yahudi yang aman dan demokratis dengan mengakui perbatasan dan memberikan Palestina kemerdekaan, kedaulatan, dan martabat," tulis tim kampanye Clinton.
(stu)