Jakarta, CNN Indonesia -- Kedua calon presiden Amerika Serikat berdebat soal istilah yang layak digunakan untuk pelaku terorisme di negara itu. Donald Trump mengatakan bahwa pemerintah AS seharusnya menyebut terorisme dengan "teroris Islam radikal", istilah yang ditolak oleh pemerintah Barack Obama.
"Hillary Clinton dan Barack Obama tidak menggunakan istilah teroris Islam radikal. Mereka tidak mengatakannya, tapi nama terorisme Islam radikal tetap ada," kata Trump dalam debat calon presiden AS di Missouri, Minggu (9/10).
Menurut Trump penggunaan kata itu diperlukan sebagai pengakuan bahwa ada masalah di kalangan umat Islam. Muslim AS, kata dia, harus ikut serta dalam pemberantasan terorisme dengan cara melaporkan masalah setiap kali melihatnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika tidak melakukannya maka akan menjadi masalah besar," lanjut Trump.
Obama Juni lalu menyatakan kata "terorisme" tidak bisa disandingkan dengan "Islam".
Dia menolak menggunakannya untuk menanggapi penembakan di kelab gay Orlando yang menewaskan 50 orang, maupun peristiwa lainnya yang melibatkan umat Islam.
Obama memilih kata "tindakan teror dan kebencian" untuk menanggapi penembakan oleh Omar Mir Seddique Mateen, pria yang mengaku berbaiat kepada ISIS, itu.
Obama beralasan, penggunaan kata itu hanya akan memicu stereotip terhadap Muslim yang sebagian besar menolak paham radikal. "Kami tidak sedang berperang dengan Islam. Kami tengah berperang dengan orang-orang yang menyesatkan Islam," kata Obama.
Pendapat ini juga yang diambil oleh Hillary Clinton yang mengatakan bahwa Muslim akan merugi jika kalimat itu dipakai. "Kita tidak sedang berperang dengan Islam, pandangan itu justru digunakan oleh teroris," ujar Clinton.
Muslim, lanjut dia, adalah bagian dari masyarakat AS sehingga tidak patut dikesampingkan. "Kita telah memiliki warga Muslim sejak sebelum zamannya George Washington. Kita juga punya banyak Muslim yang sukses, salah satunya yang baru meninggal dunia Muhammad Ali," ujar Clinton.
Namun Clinton sepakat dengan Trump soal keterlibatan Muslim AS dalam memerangi terorisme. "Kami perlu Muslim Amerika menjadi telinga dan mata di garis depan. Saya telah bertemu mereka, dan mereka ingin dilibatkan sebagai bagian dari keamanan dalam negeri," tegas Clinton.
Dia mengkritik rencana Trump yang akan meningkatkan penyaringan warga yang datang ke AS dari negara-negara mayoritas Muslim. Trump mengatakan dalam debat, keamanan dalam negeri terancam dengan masuknya banyak pendatang dari negara Muslim. Trump menyebutnya "kuda troya terbesar."
"Donald [Trump] mengatakan, akan melarang orang masuk berdasarkan agama mereka. Bagaimana dia bisa melakukannya? Ini adalah negara yang dibangun dari kemerdekaan dan kebebasan beragama," ujar Clinton.