Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada bulan ini akan menerapkan larangan merokok di ruang publik. Jika jadi disahkan, maka kebijakan ini akan menjadi salah satu larangan tembakau terberat di Asia.
Kebijakan yang akan disahkan ini merupakan perluasan dari undang-undang pelarangan iklan tembakau dan pelarangan merokok di dalam ruangan. Selain itu, Filipina juga mengharuskan foto-foto bahaya merokok ditampilkan di setiap bungkus.
"Ada penurunan yang signifikan dalam merokok, tetapi penurunannya lambat," kata Asisten Menteri Kesehatan Filipina Eric Tayag kepada
AFP, Selasa (12/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin semua upaya diberdayakan untuk memperluas kampanye ini," kata dia menambahkan.
Tayag memaparkan bahwa kebijakan itu diusulkan oleh Duterte, yang telah menerapkan larangan serupa di Davao sejak 2002. Di Provinsi itu, Duterte juga menerapkan jam malam untuk kelompok masyarakat minoritas, pelarangan penjualan minuman berakohol pada malam hari serta melarang pria bertelanjang dada.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menyatakan bahwa sekitar 20,6 persen dari populasi Filipina merokok pada 2013, sekitar 10 tahun sejak regulasi tembakau disahkan.
Negara dengan populasi penduduk sebesar 101 juta orang ini merupakan salah satu dari 15 negara yang memiliki banyak penderita sejumlah penyakit akibat merokok, menurut data WHO.
Kebijakan yang akan disahkan Duterte akan melarang aktivitas merokok di tempat umum, termasuk gedung pemerintah, rumah sakit, sekolah serta transportasi umum.
Bar dan klub malam diminta membangun ruangan khusus untuk merokok. Meski demikian, larangan itu tidak termasuk merokok di luar ruangan.
Tayag mengatakan kebijakan yang akan berupa keputusan presiden itu akan menyatakan bahwa merokok di luar ruangan hanya diperbolehkan di belakang gedung "jika tidak ada orang."
Kebijakan ini juga akan memberikan kewenangan bagi pemerintah kota untuk menerapkan hukuman yang dapat mencakup penjara, denda, pelayanan masyarakat atau kombinasi dari ketiganya.
Di samping itu, Duterte hingga kini terus mengumumkan perang terhadap narkoba. Sejak dia menjabat pada akhir Juni lalu, sudah 3.600 tersangka pengedar dan pengguna narkoba tewas dalam perang yang diusungnya, memicu kritik dari publik internasional dan kelompok pemerhati HAM.
(ama/den)