Mantan Bos CIA Tuding Rusia Ingin Kacaukan Pemilu AS

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Rabu, 19 Okt 2016 16:43 WIB
Menurut mantan bos CIA, kegiatan intel yang dilakukan Rusia terhadap partai politik besar dari negara rival merupakan bentuk intelinjen yang lumrah.
Menurut mantan bos CIA, kegiatan intel yang dilakukan Rusia terhadap partai politik besar dari negara rival merupakan bentuk intelinjen yang lumrah. (Reuters/Kacper Pempel)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan kepala Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), Jenderal Michael Hayden, menilai peretasan sejumlah data partai politik AS oleh pihak Rusia bukan bertujuan memenangkan Donald Trump, seperti yang selama ini dikhawatirkan oleh tim kampanye Hillary Clinton.

Hayden berpendapat bahwa tujuan utama Rusia campur tangan dalam proses pemilu AS adalah untuk mengacaukan pemilu dan mengikis kepercayaan diri warga AS atas proses politik di negara itu.

"Sangkaan ini berlebihan jika kita semua berpikir Putin mengetahui kemana arah bola akan berakhir," kata Hayden, dikutip dari CNN, Selasa (18/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya pikir, mereka (Rusia) hanya ingin main-main dengan AS untuk mengikis kepercayaan diri dalam proses politik AS," ujar Hayden, dalam acara Heritage Foundation di Washington DC.

Dalam acara itu, Hayden membahas tantangan soal pengamanan siber yang akan dihadapi pemerintah AS ke depan. Menurut Hayden, kegiatan intel yang dilakukan Rusia masih dikategorikan normal. Hal ini dapat berubah ketika Rusia menggunakan informasi intel itu sebagai "senjata."

Tokoh yang juga merupakan mantan direktur Badan Keamanan Nasional (NSA) itu berpendapat bahwa peretasan berbagai surat elektronik terkait urusan politis internal suatu partai politik besar dari negara rival merupakan bentuk perilaku intelinjen yang lumrah.

Menurutnya, peretasan oleh intel suatu negara untuk mengetahui seberapa kuat dan berpengaruhnya sebuah partai di negara lain adalah hal yang wajar.

"Badan intelejen asing dapat mengakses email internal politik di negara rivalnya? Ah itu hal biasa. Itu yang kami lakukan sebagai badan intelijen," tutur Hayden.

Namun, Hayden mengatakan, Rusia telah melakukan beberapa hal di luar batas perilaku 'mata-mata' biasa. Salah satunya dengan "menyebut peretasan email itu dilakukan oleh kelompok kriminal Rusia untuk menjauhkan pemerintah Rusia dari preseden buruk."

Kedua, pemerintah Rusia menggunakan email internal dan digunakan untuk mempengaruhi proses pemilu AS. "Ini menjadi berbeda dari aktivitas mata-mata biasa sebagai upaya mempengaruhi [publik] secara terselubung," papar Hayden.

Pemerintahan Presiden AS Barack Obama sudah meluncurkan tudingan bahwa Rusia telah melakukan serangan peretasan terhadap Komite Nasional Partai Demokrat dan beberapa pejabat AS lainnya.

Selain itu, Rusia diduga berada di balik bocoran email ketua tim kampanye Hillary Clinton, John Podesta, di WikiLeaks. Kepada CNN, para pejabat AS mengatakan banyak bukti yang menunjukkan Rusia bekerja sama dengan WikiLeaks untuk mempengaruhi proses pemilu AS.

Peretasan ini menjadi masalah bagi tim Clinton yang menuding Rusia telah mengintervensi dan berupaya memenangkan Donald Trump dalam pemilu AS. Pihak Trump membantah keras tuduhan itu.

Di satu sisi, pendiri WikiLeaks Julian Assange, telah menyatakan dengan jelas keinginannya untuk melihat Clinton kalah dalam pemilu mendatang. (ama/den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER