Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari 10 ribu demonstran di Hong Kong turun ke jalan demi menuntut dua anggota dewan segera dipecat karena melontarkan komentar anti-China dalam sumpah jabatan mereka beberapa pekan lalu.
Massa berkumpul di depan gedung Dewan Legislatif Hong Kong pada Rabu (26/10) sembari membawa bendera China, menuntut Leung Chung-hang dan Yau Wai-ching segera dipecat karena telah menghina pemerintah Beijing.
Para pengunjuk rasa juga membawa berbagai papan bertuliskan, "Katakan tidak pada kemerdekaan Hong Kong", "Lengserkan anggota dewan pro-kemerdekaan", dan "Hong Kong milik China".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisruh bermula pada 12 Oktober lalu ketika Leung, 30, dan Yau, 25, dari partai Youngspiration memicu perhatian publik lantaran menolak membacakan janji setia kepada China, seperti yang tertuang dalam sumpah jabatan mereka. Keduanya juga membawa bendera berwarna biru bertuliskan "Hong Kong bukanlah China."
The Guardian melaporkan bahwa Yeu bahkan membuat suasana menjadi semakin memanas ketika ia menyebut Hong Kong sebagai wilayah administratif khusus dari "People's Ref**king of Shina."
"Shina" atau Sino merupakan sebutan kuno untuk China dalam bahasa Jepang, yang memiliki arti negatif dan merendahkan. Sumpah jabatan kedua anggota dewan ini pun dianggap tidak sah.
Pada Selasa (25/10), Kepala Dewan Legislatif Andrew Leung menangguhkan pelantikan dua legislator itu hingga pengadilan tinggi memberikan keputusan bulan depan apakah Leung dan Yau bisa mengulang sumpah jabatan mereka dan menjabat sebagai anggota dewan.
"Hari ini kami ingin menunjukkan amarah kami atas perilaku mereka yang tidak bertanggung jawab. Baik generasi tua atau pemuda benar-benar tidak setuju dengan apa yang telah mereka lakukan. Saya pikir mereka terlalu naif, dan apa yang mereka lakukan merusak citra pemuda kita," ujar seorang pengunjuk rasa berusia 20-an yang identitasnya tidak dipublikasikan, dikutip dari Reuters
"Jadi hari ini kami datang ke sini untuk menegaskan mereka tidak dapat mewakili para pemuda. Kami juga mengutuk perilaku mereka," ujarnya melanjutkan.
Para pengunjuk rasa menegaskan bahwa sikap berani yang diperlihatkan Leung dan Yau telah melanggar hukum dan tidak dapat ditolerir.
"Kami mencintai negeri kami dan mencintai Hong Kong. Saya datang ke sini untuk mewakili generasi berikutnya. Saya menentang mereka, karena mereka menghina negara kita, menghina martabat kita dan mempermalukan martabat warga China di seluruh dunia," ujar demonstran lain.
Dua tahun usai aksi demonstrasi berkepanjangan, yang kerap disebut "Pergerakan Payung", situasi perpolitikan di Hong Kong masih dikendalikan dengan ketat oleh Beijing. Meski demikian, enam aktivis pro-demokrasi Hong Kong berhasil meraih kursi legislatif melalui pemilu pada awal September lalu.
Terkait kisruh ini, harian milik Partai Komunis China, Global Times, menyerukan agar para politisi yang mendukung kemerdekaan Hong Kong dari China segera dipecat dari parlemen. Laporan di harian ini juga memperingatkan bahwa siapapun yang menentang kekuasaan Beijing atas Hong Kong "akan mendapatkan balasan."
"Ini harus kita lawan, meskipun berpotensi memicu masalah," bunyi salah satu pernyataan di harian tersebut.
Sementara, pemerintah Hong Kong menyebut tindakan Yau dan Leung "kasar dan menyakiti hati para kamerad kami."
Sembari menunggu keputusan pengadilan soal pelantikan Leung dan Yau, sejumlah legislator pro-Beijing juga meluncurkan unjuk rasa, antara lain dengan aksi meninggalkan ruangan dewan.
Pakar politik Sonny Shiu-Hing Lo memperkirakan kisruh antara pejabat pendukung dan penentang Beijing akan terus berlanjut hingga beberapa bulan ke depan, menjelang pemilihan umum kepala pemerintahan Hong Kong yang akan digelar pada Maret 2017.
(ama/den)