Trump Menang, Duterte Akan Hentikan Perselisihan dengan AS

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2016 10:15 WIB
Setelah Donald Trump memenangkan pemilihan umum presiden, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, langsung berjanji akan menghentikan perselisihan dengan AS.
Sejak tampil di hadapan publik dalam kampanyenya sebelum terpilih sebagai presiden, Duterte kerap disandingkan dengan Trump karena komentar-komentar kontroversialnya. (Reuters/Lean Daval Jr)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah Donald Trump memenangkan pemilihan umum presiden, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, langsung berjanji akan menghentikan perselisihan dengan Amerika Serikat, meredam kemarahannya terhadap pemerintahan Barack Obama yang kerap mengkritiknya.

"Saya ingin mengucapkan selamat kepada Donald Trump. Kami kerap mengeluarkan sumpah serapah, bahkan untuk hal-hal sepele. Saya seharusnya berhenti karena Trump sudah di sana. Saya tidak mau berselisih lagi karena Trump sudah menang," ujar Duterte, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/11).

Sejak tampil di hadapan publik dalam kampanyenya sebelum terpilih sebagai presiden, Duterte kerap disandingkan dengan Trump karena komentar-komentar kontroversialnya. Mereka juga sama-sama datang dari kalangan non-politik dalam bursa capres di negara masing-masing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama mereka juga sama-sama melambung lantaran gagasan program-program kontroversial yang diklaim bertujuan untuk mengangkat kembali harkat masyarakat asli.

Dalam beberapa kampanyenya, Duterte sering melontarkan kekhawatirannya terhadap perdagangan narkoba di Filipina. Duterte mengatakan, jika terpilih sebagai presiden, ia akan melegalkan warga sipil menembak mati orang yang terbukti mengedarkan narkoba.

Ketika dilantik menjadi presiden pada Juni lalu, Duterte pun langsung mencanangkan kampanye pemberantasan narkoba. Sejak ia menjabat, setidaknya 3.000 pengedar narkoba tewas di tangan kepolisian Filipina tanpa proses hukum yang jelas.

Aksi pemerintahan Duterte ini mendapat kecaman dari banyak pihak, termasuk Presiden AS, Barack Obama. Sejak saat itulah, hubungan Filipina dan AS yang merupakan sekutu lama, mulai memburuk. Menurut Duterte, AS terlalu ikut campur tanpa mengerti kondisi di Filipina.

Duterte bahkan sempat menyebut Obama sebagai anak pelacur, satu komentar yang disebut-sebut membuat sang presiden AS membatalkan rencana pertemuan pertamanya dengan pemimpin baru Filipina itu di sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.

Setelah itu, Duterte masih terus memantik perselisihan dengan menyebut bahwa bantuan dari AS sebenarnya sekadar basa-basi, tak seperti China. Dalam beberapa retorikanya, Duterte juga mulai menunjukkan kesan merapat ke China dan Rusia, rival AS di kawasan.

Beberapa kali, Duterte mengancam memutus kerja sama militer dengan AS. Hingga akhirnya, beredar rumor bahwa AS akan membatalkan rencana penjualan senjata ke Filipina karena ada seorang anggota Kongres yang menolak.

Duterte pun langsung memerintahkan kepolisian untuk membatalkan rencana pembelian senjata dari AS. Menurutnya, Filipina dapat mencari sumber pasokan senjata dengan harga lebih murah. "Rusia dan China sudah mengajukan penawaran," katanya.

Namun, Trump sendiri sebenarnya pernah mengkritik sikap Duterte. Dalam salah satu kampanyenya, Trump pernah mengatakan bahwa Manila merupakan mitra strategis Washington dan ucapan Duterte saat meminta pasukan militer AS untuk hengkang dari Filipina menunjukkan, "Kurangnya penghormatan terhadap negara kami."

Kendati demikian, calon Duta Besar Filipina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Teddy Locsin, mengatakan bahwa Duterte dan Trump tetap memiliki kesamaan, yaitu sikapnya yang sulit ditebak.

"Saya ingat Trump dalam salah satu pernyataannya pernah mengatakan, 'Saya tidak akan berbicara seperti ini jika saya sudah menjadi presiden.' Saya ingat, ada juga seseorang (Duterte) yang pernah mengatakan itu," katanya. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER