Trump Menang, Duterte Tetap Jaga Pakta Pertahanan Filipina-AS

Riva Dessthania Suastha | CNN Indonesia
Jumat, 11 Nov 2016 16:54 WIB
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menyatakan akan tetap menjaga pakta pertahanan Filipina-AS menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru AS.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menyatakan akan tetap menjaga pakta pertahanan Filipina-AS menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai presiden baru AS (AFP Photo/Kazuhiro Nogi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sikap Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, semakin mencair terhadap Amerika Serikat menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai presiden dalam pemilu pekan ini. Setelah berjanji akan menghentikan perselisihan dengan AS, Duterte juga menyatakan akan tetap mempertahankan pakta pertahanan Filipina-AS

"Kami (Filipina-AS) adalah teman aliansi. Kami akan menjaga kerja sama antar kedua negara dan menghargai seluruh traktat yang telah kami sepakati," ucap Duterte seperti dikutip Reuters, Kamis (10/11).

Tak lagi bernada lantang dan tajam setiap membicarankan AS, Duterte mengungkapkan akan terus mempertahankan traktat kerja sama pertahanan bersama Washington, walaupun, dirinya bersikukuh ingin mencabut kesepakatan Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) antara Filipina-AS yang disepakati pada 2014 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keinginan Duterte mengakhiri kesepakatan EDCA lantaran menilai kesepakatan itu memberikan akses bagi AS untuk menempatkan pangkalan militer dan tentaranya di tanah Filipina. Mantan Wali Kota Davao itu bersikukuh bahwa seharusnya tentara asing harus meninggalkan Filipina.

Beberapa waktu lalu, saat tensi Duterte masih tinggi terhadap Amerika, dirinya kerap menekankan akan mengakhiri hubungan aliansi Filipina-AS yang telah berjalan hampir menginjak 70 tahun itu.

Beberapa kali, Duterte mengancam memutus kerja sama militer dengan AS, salah satunya dengan mengeluarkan tentara AS dari negaranya. Duterte menganggap kehadiran militer AS tidak mengalirkan manfaat bagi Filipina.

Melalui retorikanya, Duterte seakan ingin menunjukan kesungguhan dirinya untuk menjauhkan Filipina dari AS, yang dianggap terlalu ikut campur dalam urusan dalam negeri Filipina.

"Kami tidak memerlukan bantuan orang asing untuk melatih tentara Filipina. Tentara Filipina sudah terlahir sebagai pejuang dengan sendirinya," kata Duterte.

Duterte pun mulai menunjukkan ketertarikannya untuk mendekati negara lain seperti Israel, Jepang, dan rival AS di kawasan, China dan Rusia untuk memenuhi pengadaan instrumen pertahanan Filipina dengan harga yang lebih terjangkau. Menurut Duterte, instrumen militer AS terlalu 'mahal' untuk negaranya.

Duterte selama ini kerap disebut serupa dengan Trump karena keduanya sering melontarkan komentar yang tajam dan kontroversial.

"Saya hanya molekul kecil di planet ini, Trump saat ini telah menjadi presiden salah satu negara terkuat di dunia. Saya hanya presiden dari sebuah negara yang berjuang untuk bertahan," kata Duterte menanggapi dirinya yang disamakan dengan Trump.

"Mungkin kesamaan kami ada pada hasyrat untuk melayani negara," tutur Duterte menambahkan.

Tak lama setelah Trump berhasil melenggang ke Gedung Putih menggantikan Barrack Obama, sikap Duterte memang mulai membaik kepada AS.

Duterte bahkan berjanji akan menghentikan perselisihan dengan AS, meredam kemarahannya terhadap pemerintahan Obama yang kerap mengkritik kebijakannya. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER