PBB Butuh Rp1,9 Triliun untuk Pengungsi Afghanistan

Reuters | CNN Indonesia
Senin, 14 Nov 2016 03:10 WIB
Kekurangan dana di Afghanistan di antaranya disebabkan penyebaran kriris di Timur Tengah dan Afrika.
Ilustrasi (Reuters/Hussam Al Saleh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan butuh bantuan dana sebesar US$152 juta dolar atau sekitar Rp1,9 triliun untuk menyediakan tempat tinggal, sanitasi serta makanan bagi pengungsi yang kembali ke Afghanistan dari Pakistan.

Belakangan, Pakistan meningkatkan tekanan bagi 1,5 juta pengungsi Afghanistan yang terdaftar untuk kembali ke negara mereka dengan alasan keamanan.

Para pengungsi dan sejumlah pihak melihat keputusan Pakistan tersebut didorong oleh penguatan hubungan Afghanistan-India sementara di lain pihak hubungan Pakistan dengan India memburuk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ribuan orang menyeberangi perbatasan Torkham dengan Pakistan setiap hari, menurut Program Pangan Dunia (WFP), badan bantuan pangan PBB.

Bulan lalu, PBB mengatakan hampir 170 ribu warga Afghanistan sepanjang 2016, mayoritas menyebut adanya tindakan tak menyenangkan dari pemerintah Pakistan.

Para pengungsi yang kembali tidak hanya berasal dari Pakistan, tetapi juga Iran, mengakibatkan pemerintah dan badan bantuan kewalahan. Sementara itu makin banyak warga Afghanistan yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena bentrokan antara gerilyawan Taliban dan pasukan Afghanistan.

"Kami membutuhkan dana yang cukup dan tepat waktu, dalam beberapa minggu mendatang dan bulan, untuk memastikan bahwa kami dapat membantu pengungsi yang kembali secepat dan seefisien mungkin," kata Mick Lorentzen, direktur WFP di Afghanistan.

"Sebuah respon yang cepat dan terfokus untuk krisis ini akan memastikan bahwa lebih banyak orang tidak mengalami kerawanan pangan kronis."

Pejabat WFP sebelumnya telah memperingatkan bahwa menipisnya pendanaan disebabkan oleh penyebaran krisis di Timur Tengah dan Afrika, mengancam operasi di Afghanistan, di mana 40 persen dari warganya diperkirakan terancam "rawan pangan". (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER