Jakarta, CNN Indonesia -- Pembocor data keamanan Amerika Serikat, Edward Snowden, menilai terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS selanjutnya memunculkan kekhawatiran bahwa Washington akan meningkatkan aktivitas pengawasan dan penyadapan warga AS dengan dalih pengumpulan data intelijen domestik.
Mantan kontraktor intelijen AS yang mendapatkan suaka di Moskow ini menilai praktik pengecekan informasi yang demokratis di AS kini sudah punah, digantikan dengan kesewenangan pemerintah pusat untuk mengakses data warganya.
"Praktik pemerintahan terbuka mulai digantikan dengan pemerintah yang otoriter, pemerintah yang tidak berdasarkan kepada prinsip informasi yang diberikan warganya yang secara sukarela, namun lebih kepada kepercayaan kepada individu, kepada klaim, kepada harapan bahwa mereka akan melakukan hal yang benar," kata Snowden, dalam telewicara yang digelar di sekolah hukum Buenos Aires University, Senin (14/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Washington berjanji untuk tidak terlibat dalam praktik spionase tanpa izin yang jelas menyusul pembocoran data Badan Keamanan Nasional AS oleh Snowden pada 2013 lalu. Namun, Snowden mempertanyakan apakah kebijakan itu dapat diubah oleh para pejabat pemerintahan baru "yang mengusung nilai-nilai yang berbeda dan dapat mengatur pemerintahan dalam gelap."
"Jika pemerintah benar-benar memenangkan kepercayaan kami, karena mereka beroperasi dalam cara yang kita dukung selama beberapa tahun, apa yang terjadi ketika ada perubahan?" katanya, dikutip dari
Reuters.
Meski didakwa atas tuduhan spionase oleh pemerintah AS lantaran membocorkan data intelijen, Snowden dikenal luas sebagai sosok
whistleblower yang berani mengungkapkan data rahasia pemerintah, yang mengungkapkan operasi "kotor" NSA terkait pelanggaran data privasi dan pengguna internet dunia.
"Ini adalah jenis tantangan yang kita hadapi saat ini di Amerika Serikat dengan hasil pemilu terakhir," tutur Snowden.
Trump selama kampenyenya menjanjikan berbagai langkah keamanan untuk menghadapi ancaman serangan terhadap Amerika Serikat. Namun, lembaga Serikat Kebebasan Sipil Amerika mengaku khawatir, retorika Trump akan mendorong peningkatan aktivitas pengawasan terhadap umat Muslim di AS, deportasi massal imigran ilegal, dan pengubahan undang-undang pencemaran nama baik untuk meningkatkan pembatasan pers.
Trump selama ini kerap meluncurkan pujian kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang memberikan suaka ke Snowden. Ditanya apakah terpilihnya Trump sebagai presiden akan meningkatkan kesempatan ia untuk diampuni pemerintah AS, Snowden hanya menjawab singkat, "Siapa yang akan tahu?"
(ama)