Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump berbincang soal penguatan "kerja sama yang konstruktif" termasuk dalam memerangi terorisme melalui sambungan telepon pada awal pekan ini.
Perbincangan itu menandai kali pertama keduanya berbincang sejak Trump memenangi pemilu presiden pada pekan lalu, menurut pernyataan Kremlin. Dalam perbincangan pada Senin (14/11), Trump dan Putin sepakat untuk "memberi saluran" bagi hubungan Amerika Serikat dan Rusia, serta "menggabungkan upaya untuk mengatasi terorisme dan ekstremisme internasional".
"[Mereka] menekankan pentingnya menciptakan dasar yang kokoh untuk hubungan bilateral, terutama dengan mengembangkan komponen perdagangan-ekonomi," bunyi pernyataan Kremlin yang dikutip
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan bahwa kedua negara harus "kembali ke kerja sama yang prakmatis dan saling menguntungkan, yang akan membahas kepentingan kedua negara serta stabilitas dan keselamatan seluruh dunia."
Sementara, tim transisi Trump merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa Putin menelepon konglomerat New York itu untuk mengucapkan selamat atas kemenangannya. Pernyataan itu menyebutkan bahwa Trump dan Putin ingin segera menciptakan hubungan yang erat dan kuat antara Rusia dan AS.
Dilansir dari
CNN, kedua tokoh ini juga sepakat untuk mempertahankan komunikasi dan tengah mengupayakan pertemuan secara pribadi.
Memenangi mayoritas suara para pilpres pekan lalu, Trump terpilih untuk menggantikan Presiden petahana AS, Barack Obama, pada 20 Januari 2017. Selama masa kampanyenya, taipan
real-estate ini memang tidak sungkan meluncurkan pujian kepada Putin, di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Rusia akibat perbedaan pandangan soal sejumlah konflik global.
Dalam debat final capres dengan rivalnya, Hillary Clinton, bulan lalu, Trump bahkan menyatakan tak keberatan untuk bekerja sama dengan Putin dalam upaya menyelesaikan perang saudara di Suriah.
Trump menilai Putin dan rezim Presiden Bashar al-Assad turut membantu memerangi kelompok militan ISIS yang meluncurkan perang di Irak dan Suriah serta menebarkan teror di sejumlah negara, termasuk negara-negara Barat.
[Gambas:Video CNN]Trump bahkan pernah menyebutkan Putin merupakan pemimpin yang lebih baik ketimbang Obama.
Sikap Trump itu bertentangan dengan kebijakan luar negeri AS saat ini di bawah pemerintahan Obama. AS saat ini menganggap bahwa intervensi militer Rusia di Suriah, termasuk di Aleppo, menewaskan ratusan warga sipil yang tak bersalah, dan merupakan kejahatan perang.
Pemerintah AS saat ini juga menilai bahwa Assad harus lengser, sehingga perdamaian di Suriah dapat tercipta. Sementara, Rusia terus memberikan dukungan kepada Assad.
Selain itu, AS dan sejumlah negara Barat lainnya menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia karena menganeksasi Crimea. AS juga mengecam dukungan Rusia kepada kelompok separatis di timur Ukraina.
Menjelang pilpres AS digelar, terjadi sejumlah serangan peretasan terhadap akun email sejumlah petinggi pejabat Partai Demokrat, termasuk tim kampanye untuk rival Trump, Hillary Clinton. Peretasan yang dilakukan oleh WikiLeaks itu diduga didukung oleh Rusia.
Tim kampanye Clinton dan pemerintah AS secara resmi menuduh Rusia berupaya mempengaruhi hasil pemilu AS. Clinton menuding Rusia berusaha memenangkan Trump dalam pemilu.
(ama)