Jakarta, CNN Indonesia -- Barack Obama meminta rakyat Amerika Serikat memberikan kesempatan bagi Donald Trump untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai presiden usai ia lengser pada akhir Januari mendatang. Obama mengaku yakin Trump berniat tulus untuk menjadi presiden bagi semua kalangan di AS, terlepas dari berbagai komentarnya yang dinilai rasis dan seksis selama masa kampanye.
Pada konferensi pers pertamanya sejak pilpres yang dimenangi Trump pekan lalu, Obama mengungkapkan ia telah menasihati Trump untuk menjangkau berbagai kelompok minoritas dan perempuan, yang merasa cemas lantaran konglomerat New York itu kerap melontarkan kecaman yang dinilai antiimigran, anti-Islam dan melecehkan wanita.
"Saya tidak berpikir dia ideologis, saya pikir pada akhirnya dia pragmatis dan karenanya dapat menjabat dengan baik selama dia punya orang-orang baik di sekelilingnya dan memiliki arah kebijakan yang baik," ujar Obama, Senin (14/11), dikutip dari
CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konferensi itu digelar Obama sebelum melakukan kunjungan bilateral terakhirnya sebagai presiden AS, yakni ke Yunani, Jerman dan Peru. Dalam kesempatan itu, Obama juga mengungkapkan bahwa upaya Trump memanfatkan antusias pemilih sangat mengesankan.
"Saya pikir dia datang ke kantor [kepresidenan] ini dengan lebih sedikit rencana dan rancangan kebijakan dibandingkan dengan presiden lainnya. Apakah saya khawatir? tentu saja, dan saya masih khawatir hingga saat ini. Dia dan saya punya pandangan berbeda soal banyak hal," katanya.
Obama mengaku ia tidak dalam posisi untuk mengomentari sejumlah tokoh yang ditunjuk Trump untuk membantu pemerintahannya, termasuk Reince Priebus sebagai kepala staf presiden dan Stephen Bannon sebagai penasihat senior Gedung Putih.
Presiden kulit hitam pertama AS ini kembali menekankan ia berupaya memastikan transisi pemerintaha yang mulus kepada Trump.
"Saya pikir penting bagi kita untuk membiarkannya membuat keputusan. Rakyat Amerika akan menilai sendiri selama beberapa tahun mendatang, apakah mereka menyukai [kebijakannya] atau tidak," kata Obama.
[Gambas:Video CNN]"Kantor ini memiliki cara untuk menyadarkan Anda [presiden] terhadap pandangan yang mungkin tidak sesuai dengan kenyataan," tuturnya.
Obama memaparkan bahwa Trump telah berjanji kepadanya bahwa ia berkomitmen untuk mempertahankan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO.
"Dalam percakapan saya dengan presiden terpilih, ia menyatakan minat yang besar dalam menjaga sejumlah hubungan strategis AS yang penting. Dia berkomitmen terhadap NATO dan aliansi transatlantik," tuturnya.
Trump terpilih sebagai presiden setelah mendulang mayoritas suara pemilih, atau
electoral votes, mengalahkan rivalnya, Hillary Clinton pada pilpres yang digelar pekan lalu. Obama sendiri telah memberikan dukungan kepada Clinton, dan hadir di sejumlah kampanye mantan menteri luar negeri itu.
Selama masa kampanye, Obama dan Trump kerap saling melontarkan serangan. Dalam kampanye pada Oktober lalu, Trump menyebut Obama "tidak kompeten" menjalankan pemerintahan. Trump sebelumnya juga menyebut Presiden Rusia, Vladimir Putin, pemimpin yang lebih baik ketimbang Obama.
Sementara, Obama dalam kampanyenya untuk Clinton pada awal November lalu, pernah menyebutkan bahwa Trump "tidak memiliki kualitas" untuk menjadi seorang presiden.
Trump kerap meluncurkan retorika yang dinilai antiimigran, anti-Islam dan memecah belah selama masa kampanye. Salah satu janji Trump adalah mendeportasi jutaan imigran ilegal yang memiliki catatan kriminal, membangun tembok di sepanjang perbatasan Meksiko dan menyerukan tes ideologi ketat bagi warga Muslim yang akan memasuki AS dengan dalih mencegah penyusupan teroris. (ama)