Trump Menang, Pemimpin Sayap Kanan Perancis Percaya Diri

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Selasa, 15 Nov 2016 19:32 WIB
Pemimpin sayap kanan Perancis mengatakan, kemenangan Trump dalam pilpres AS mengindikasikan warga di negaranya akan menjagokan dirinya pada pemilu 2017.
Selama ini, Le Pen dan Trump memang kerap disandingkan karena pernyataan kontroversialnya yang dianggap mendiskriminasi umat Muslim dan imigran. (Robert Pratta)
Jakarta, CNN Indonesia -- Marine Le Pen, pemimpin partai sayap kanan Perancis, Front Nasional, mengatakan bahwa kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum Amerika Serikat mengindikasikan bahwa warga di negaranya juga akan menjagokan dirinya dalam pemilu 2017.

Selama ini, Le Pen memang disebut-sebut akan ikut bertarung dalam pemilu 2017, tapi belum ada keputusan resmi dari pemimpin gerakan sayap kanan tersebut.

Kini, Le Pen mengaku yakin, kemenangan Trump akan meningkatkan peluangnya untuk terpilih karena "Warga Peranvis disadarkan bahwa apa yang diinginkan rakyat, bisa didapatkan jika mereka sendiri bergerak."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Donald Trump membuat apa yang awalnya benar-benar tidak mungkin menjadi mungkin. Ini adalah pertanda harapan bagi mereka yang tidak tahan dengan globalisasi liar, Mereka tidak dapat membiarkan kehidupan politik dipimpin para elite," ujar Le Pen seperti dikutip CNN.

Selama ini, Le Pen dan Trump memang kerap disandingkan karena pernyataan kontroversialnya yang dianggap mendiskriminasi umat Muslim dan imigran. Mereka mengklaim ingin melindungi negaranya dari para ekstremis dengan menolak nilai-nilai yang banyak dibawa oleh imigran.

Partai pimpinan Le Pen pun dikenal sebagai kubu anti-Islam dan imigran di Perancis. Le Pen bahkan pernah digugat karena menyamakan shalat berjamaah di Perancis dengan invasi Nazi ke Roma.

Trump sendiri kerap melontarkan pernyataan kontroversial terkait imigran, termasuk dengan gagasan membangun tembok di sepanjang perbatasan Meksiko guna mengadang imigran gelap.

Ia juga sempat berwacana ingin melarang Muslim masuk ke AS, meskipun belakangan, Trump melunak dengan mengatakan bahwa negaranya perlu menerapkan pemeriksaan ketat sebelum mengizinkan imigran tinggal.

Banyak pihak kemudian menyebut bahwa gagasan-gagasan dari Trump dan Le Pen ini sangat mengisolasi dan membuat negara tak berkembang, bahkan justru menimbulkan ketakutan dan ketidakstabilan. Namun menurut Le Pen, kemenangan Trump menunjukkan bahwa argumen-argumen tersebut dapat dipatahkan.

"Kemanangan ini juga mematahkan argumen yang digunakan oleh lawan saya mengenai isolasi. Mereka berkata, 'Kebijakan yang Anada punya dapat mengisolasi Anda. Saya merasa tidak terisolasi sekarang karena dunia multi-kubu ini tak hanya didukung Donald Trump, tapi juga Theresa May dan Vladimir Putin," katanya.

Sebaliknya, Le Pen justru mengatakan bahwa kini, Presiden Perancis, Francois Hollande, yang harus merasa terisolasi karena peta politik mulai berubah sejak Trump memenangkan pemilu AS.

Namun sementara itu, Trump sendiri mulai melunakkan pernyataannya terkait Muslim setelah memenangkan pemilu AS. Dalam wawancara dengan CBS pada Minggu (13/11), Trump bahkan mengimbau pendukungnya untuk berhenti melecehkan dan menyudutkan kaum minoritas di AS.

"Saya sangat sedih mendengarnya. Dan saya katakan hentikan tindakan diskriminasi itu, jika itu membantu, saya akan katakan hentikan pelecehan pada kaum minoritas langsung di depan kamera," katanya. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER